Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Islam Liberal" dan "Islam Paling Liberal"

8 Januari 2016   16:02 Diperbarui: 8 Januari 2016   16:02 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi. Sumber Foto: www.lintastanbu.com.suarakita. org"][/caption]

Ratusan jamaah berkumpul di masjid untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Puluhan tokoh masyarakat juga sudah hadir. Beberapa orang diantaranya adalah mereka yang memiliki pemikiran "liberal". Agak nyeleneh bagi masyarakat di kampung.

Sebenarnya tak ada yang salah. Hanya saja, beberapa tokoh masyarakat tersebut selalu mengkritisi metode dakwah para ulama yang menurut mereka sangat konvensional. Selalu bicara soal iman, iman, dan iman. Menurut mereka, iman itu sudah selesai. Tak usah dibicarakan lagi. Di dalam ibadah, yang penting itu esensi, bukan kemasan atau bungkusnya.

Salah satunya adalah soal pemikiran bahwa pakaian itu tidak penting. Buat apa pakaian bagus, tapi hatinya kotor. Buat apa pakai surban, pake gamis, kalau masih suka mencela orang. Begitu kira-kira. Memang tak ada yang aneh. Kalau kita mau fair, tak ada yang salah dengan mereka.

Sejumlah tokoh "liberal" datang ke masjid menggunakan celana pendek plus kaos oblong. Menurut sejumlah tokoh tersebut, buat apa menggunakan pakaian rapi, kalau tidak memaknai apa itu Maulid Nabi dan tidak meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW. Biar cuma menggunakan celana pendek, tapi baik dengan sesama manusia, itu jauh lebih baik.

Mengetahui sejumlah tokoh masyarakat yang dikenal "liberal" ikut hadir, si penceramah Syaikh Klowor Al Glundungi tak mau kalah. Ia tak mau reputasinya sebagai ulama kharismatik jatuh begitu saja karena kritikan orang-orang liberal.

Di majelis, pembacaan pelaksanaan Maulid Nabi sangat meriah. Pembacaan ayat Al Qur'an dan Maulid Simtudduror dibacakan secara berurutan. Setelah semua selesai, suasana sempat hening sejenak. Para jamaah masih menunggu penceramah yang tidak lain Syaikh Klowor Al Glundungi atau yang akrab disapa mbah Klowor hadir ke majelis tersebut.

Beberapa tokoh liberal yang hadir terlihat cengengesan. Sepertinya mereka merasa menang karena penceramah yang diundang tak juga menampakkan batang hidungnya.

"Pasti dia takut sama kita-kita. Hihihi"celetuk Kang Nur, sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

"Halah. Sudah bisa ditebak kok. Isi ceramahnya pasti nggak jauh-jauh dari perkara iman dan takwa. Mari kita tingkatkan iman dan takwa. Dari dulu nggak ningkat-ningkat. Xixixixi"kata Kang Absar, cekikikan.

"Bener. Gampang banget ditebak. Ini mesti penceramahnya pake sorban, daster, terus jenggoten,"kata Kang Jalal.

Sementara itu, para jamaah mulai resah karena lama menunggu kedatangan penceramah. Kang Nur, Kang Absar dan Kang Jalal semakin girang dan sudah merasa di atas angin. Di tengah kegirangan mereka, tiba-tiba dari kejauhan, seseorang berpakaian putih berjalan perlahan penuju masjid. Tapi yang agak aneh, pakaiannya tidak seperti yang digunakan ulama pada umumnya. Pokoknya ada yang aneh.

Orang tersebut berjalan santai sambil mengusap-usap jenggotnya yang berwarna hitam. Posisi orang berjubah putih itu semakin dekat dan sudah masuk ke pelataran masjid. Setelah sampai di pintu utama masjid, seluruh jamaah yanga ada di masjid tersebut kaget bukan main.

Yang terlihat dipandangan mereka adalah sosok pemimpin umat agama lain. Busana orang tersebut persis Paus di Vatikan. Asesoris kalung salib berukuran lumayan besar semakin menambah "keanehan" orang tersebut.

Kehadiran orang itu tentu saja membuat semua jamaah kaget. Tak terkecuali tiga tokoh nyeleneh yang ikut hadir. "Buat apa orang itu hadir di acara Maulid Nabi,"kata mereka kaget. Sesama Islam saja ada yang ogah-ogahan dan mengharamkan Maulid Nabi, lha ini orang beda agama kok ikut hadir. Yang lebih kurang ajar lagi, orang tersebut langsung menuju mimbar ceramah.

"Sampeyan-sampeyan ndak perlu kaget. Ini cuma pakaian biasa. Soal kalung salib dan pakaian saya ini kan cuma simbol. Yang penting itu esensinya, bukan kemasan atau bungkusnya,"kata orang itu yang tidak lain adalah Syaikh Klowor Al Glundungi, Mursyid Toriqoh Al Ngelesiyah.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun