Berbeda dengan yang dilakukan kebanyakan orang awam yang sering debat kusir di media sosial soal boleh tidaknya Maulid Nabi, Â menurut saya, tempat yang paling ideal untuk menggelar dialog dengan topik Maulid Nabi yakni di warung kopi.
Bukan sembarang warung kopi. Warung kopi yang saya sukai harus menyediakan menu gorengan seperti pisang goreng panas favorit saya yang krenyes-krenyes. Akan lebih baik kalau penjualnya adalah mbak-mbak ayu yang senyumnya semanis pramugari. Kalau begini, saya rasa dialog tersebut akan berlangsung aman dan damai.
Walaupun saya tidak pernah mau berdebat soal ini, tetapi yang jadi pertanyaan besar saya hanya satu. Yang dilarang oleh kelompok kontra maulid itu adalah perkara pokok atau bukan. Atau memang semua perkara, baik pokok atau tidak, asal tidak pernah dilakukan nabi lalu diharamkan.
Tapi teman saya bilang, semua perkara yang tidak dilakukan nabi itu bid'ah, baik itu perkara pokok atau tidak. Tak peduli bertentangan atau tidak dengan Al Qur'an dan Sunnah Nabi, yang jelas dia bersikukuh bahwa Maulid Nabi termasuk semua yang tidak pernah dikerjakan Nabi Muhammad itu bid'ah, dan semua bid'ah tempatnya di neraka.
Mendengar "fatwa" seperti itu saya kok jadi serem ya. Walaupun bukan perkara pokok, tetap saja teman saya itu mengharamkan Maulid Nabi. Berarti mereka yang merayakan Maulid Nabi masuk neraka semua.
Ya sudah kalau menurutmu haram, nggak masalah kok. Tapi pisang gorengmu itu tolong dimuntahkan dulu. Soalnya Nabi Muhammad nggak pernah makan pisang goreng krenyes-krenyes kaya gitu. Takutnya sampeyan masuk neraka gara-gara makan pisang goreng. Heuheu...
"Lho siapa bilang. Nabi pernah makan pisang, walaupun nggak digoreng. Jadi ini bukan perkara baru. Nggak sampai haram,"katanya, ngeles.
"Mana dalilnya. Sahih nggak?"kata saya, sok alim.
Ditanya dalil soal itu, dia bingung. Ya jelas saja nggak ada dalil soal Nabi Muhammad yang makan pisang rebus. Sambil mengunyah pisang goreng itu, tiba-tiba ia pergi meninggalkan saya. Kemudian ia berkata, "sebentar saya cari dalil dulu".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H