Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maulid Nabi dan Pisang Goreng Krispi

27 Desember 2015   15:38 Diperbarui: 27 Desember 2015   16:18 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber foto: asliblogspot.blogspot.com "][/caption]Ironis itu ketika mengakui eksistensi Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa cahaya bagi seluruh umat manusia, tetapi sinis ketika ada kelompok yang memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW.

Sinisme ini muncul tidak lain karena suatu kelompok yang memiliki pemahaman bahwa setiap "sesuatu yang baru" itu sesat dan tempatnya di neraka. Tak peduli bahwa bid'ah atau sesuatu yang baru itu bertentangan dengan Al Qur'an dan Sunnah atau tidak.

Disini saya tidak akan berdalil, karena memang saya bukan pendalil. Saya juga tidak akan menggunakan bahasa yang berat-berat, sebab saya lebih suka yang ringan-ringan. Tapi logika saya berpendapat, masa ada umat Islam yang dengan rasa cintanya kepada Rasulullah lalu memperingati hari kelahirannya dengan berbagai ritual keagamaan seperti membaca ayat suci Al Qur'an, membaca sholawat dan sejarah perjuangan nabi langsung divonis masuk neraka.

Memangnya surga neraka itu punya mbah mu? Heuheu...

Kalau melihat berbagai fatwa yang mengharamkan atau membid'ahkan perayaan Maulid Nabi, terus terang saya jadi geli sendiri. Mohon maaf buat pihak yang tidak sependapat dengan saya. Saya sarankan Anda membuka dialog ilmiah dengan kelompok yang pro maulid, daripada harus berdebat panjang lebar di media sosial.

Perayaan Maulid Nabi bisa saja hanya terlihat seperti kegiatan seremonial bagi kelompok yang kontra. Tapi kan belum tentu seperti itu. Saya setuju bahwa perayaan Maulid Nabi tidak boleh hanya sebagai ajang seremonial saja, tetapi harus ada sesuatu yang positif yang harus diambil dari sosok Rasulullah SAW. Dan ketika sebagian masyarakat sudah 'melupakan' Nabi Muhammad, bisa saja nanti Maulid Nabi dijadikan perayaan yang wajib. Bahkan ada ulama asal Indonesia yang menggelar Maulid Nabi sepanjang tahun.

Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, ulama kharismatik asal Mekkah, pemimpin empat mazhab Islam mengatakan, tidak layak seseorang yang berakal bertanya, kenapa kalian memperingati Maulid? Seolah-olah ia bertanya mengapa kalian bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Yang saya agak heran, kenapa Maulid Nabi yang bukan ibadah pokok juga dilarang karena dinilai tidak pernah dilakukan Nabi Muhammad. Bukankah Maulid Nabi tidak termasuk perkara pokok dalam ajaran Islam seperti solat lima waktu misalnya. Kalau solat subuh tiga rekaat, ya jelas salah. Nabi tak pernah mencontohkan itu.

Tapi Maulid Nabi?

Walaupun ada perbedaan pendapat terkait asal muasal Maulid Nabi, tetapi intinya, perayaan Maulid Nabi adalah hasil kreatifitas para ulama yang istiqomah dengan niat yang tulus agar umat Islam selalu mengingat hari kelahiran dan meneladani sosok penting bagi umat manusia yakni Nabi Muhammad SAW.

Sejujurnya saya sendiri belasan tahun menjadi pengisi perayaan Maulid Nabi di kampung saya. Jadi wajar dong ya, kalau saya melakukan pembelaan. Heuheu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun