Mohon tunggu...
Chinta Lintang
Chinta Lintang Mohon Tunggu... -

Ku adalah sebuah ironi yg mencoba masuk dalam demensi hati...\r\nMengubah bait-bait nadi menjadi sebuah puisi..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Do'a Ku

11 Maret 2015   13:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:49 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Chinta...

Remang senja di antara riang rumpun ilalang..
Betapa lama luka ini akan terdiam di bilik-bilik kesunyian..

Ku tanya pada rembulan bersama kerlipnya bintang..
Dia hanya bungkam tak membilang..

Juga tentang angin yg mengelus lembut reranting perdu...
Dia pun hanya membisu...
Hanya mampu menggurat sebaris derita pada dinding-dinding malam yg kelabu...

Ku mendengar gemrisik daun mahoni bernyanyi...
Tentang sepi yang diam-diam lelap di hening perigi...
Sementara rembulan pucat pasi berkelana sendiri...

Di situlah ku masih dengar riuh rintih samar tawa mu
Saat kita bercanda bercengkaraman bersama bayu...

Begitu terasa menyatu...!

Masih ku rasa lembut nada suara mu mendesah merama-rama di telinga ku...

Chinta..

Sungguh masih sangat terasa saat bibir manis mu mencium&berkata kita akan hidup bersama selamanya...

Tapi apalah daya jika semua telah menjadi bayang hayalan..
Kala jemari mu telah terikat cincin pertunanggan..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun