Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - ⛔

👨‍🦱; kamu pernah liat nggak, kapan Tuhan tersenyum? 👧; nggak tau, emang kamu pernah liat? kapan? 👨‍🦱; sewaktu dulu di dunia aku pernah berdoa meminta kepadaNya, agar aku di jodohkan denganmu, tetapi doanya pake doa makan sesudah tidur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Padahal Senja dan Embun Pagi Saja, Terus Diulang

10 Mei 2020   05:02 Diperbarui: 10 Mei 2020   05:15 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mengeluh dalam satu malam yang suri
Pun lama berdiam diri dalam satu sore yang berduri
Sekaligus merasa teriknya mentari telah berkali-kali datang dalam janji yang kesiangan ditepati
 

Aku mengaku lelah kepada satu jarum jam yang tiba-tiba mati
Pun telah menyerah kalah kepada satu jendela kamar yang tiba-tiba saja terkunci
Sekaligus merasa kotornya udara telah berkali-kali datang dalam fentilasi realita yang susah dimengerti

Padahal udara segar dan pintu keluar selalu Tuhan beri; Sejodoh dengan cobaan apapun didunia ini
Padahal senja dan embun pagi saja, terus diulang Tuhan setiap hari
Hanya untuk mengajariku mewarnai duka dan melebihkkan segala puji; PadaNya

10/05/2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun