Mohon tunggu...
Puguh Sudarminto
Puguh Sudarminto Mohon Tunggu... -

Seorang guru biasa. Bisa ditemui di www.labpuguh.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Warsito dan CTech Labs adalah Aset Kita

3 Desember 2015   12:39 Diperbarui: 3 Desember 2015   15:19 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Demi mengembangkan ECCT , Dr Warsito telah mengadakan kerjasama dengan pelbagai pihak; mulai dari Kemenkes, Universitas-universitas baik dari dalam maupun luar negeri. Yang paling masif adalah berdirinya klinik research kanker milik beliau di Tangerang. Keterlibatan personal dalam pengembangan ECCTpun mulai banyak, termasuk salah satunya adalah tenaga medis sendiri. Para calon ilmuwan muda berdatangan ke CTech Labs. Selain bekerja, diantaranya melakukan intership dan riset, seperti yang dilakukan oleh ilmuwan salah satu perguruan tinggi terkemuka di Jepang. ECCT juga digunakan Dr Toshiu Inui di Jepang (Mirai Klinik).

Baru-baru ini seorang dokter sekaligus pengajar dari Unair berhasil membuktikan efektivitas ECCT dalam studi kasus penanganan kanker otak. Sebelumnya Dr Warsito mempresentasikan ECCT dalam kongres ke-10 International society for Medical Laser Applications (ISLA) di Beverungen, Jerman (dokumentasi presentasi Dr Warsito). Salah satu ilmuwan yang hadir pada waktu itu adalah Dr Med Mikhael Weber, ketua ISLA sekaligus ilmuwan penemu Low Level Laser Therapy (LLLT).

Polemik memuncak ketika Kemenkes mengeluarkan surat perintah untuk mengevaluasi hingga pengentian kegiatan klinik kanker research milik Dr Warsito. Dunia medsospun banjir komentar, seperti biasa ada yang pro dan ada yang kontra kebijakan Kemenkes. Hingga akhirnya muncul video testimoni kegagalan ECCT di munculkan di ruang publik oleh seorang tenaga medis, meski sebenarnya juga ada video testimoni keberhasilan ECCT namun tidak sebegitu masiv nampak di dalam ruang publik.

Menjaga Aset

Saya tidak akan berpolemik tentang surat dari Kemenkes tersebut. Saya juga tidak ingin menghakimi salah satu diantara mereka yang berpolemik. Ada titik poin lain yang ingin saya sampaikan dalam tulisan saya yang tidak bermutu ini.

Saya jadi teringat dengan saya sendiri, bagaimana saya harus menjalani hidup saya dengan melakukan terapi terus menerus. Setiap bulan harus melakukan konsultasi kepada dokter –Oh ya beliau adalah seorang dokter yang sy anggap luar biasa dedikasinya :). Sudah tiga tahun lebih saya menjalani terapi dan melakukan konsultasi rutin dengan beliau.

Saya pribadi mempunyai potensi terkena Hepatoma (kanker hati). Selain konsultasi, saya juga membaca banyak referensi, terutama berkaitan yang saya alami. Termasuk bagaimana sy mendengar sendiri dan melihat sebuah fakta bahwa Hepatoma merupakan salah satu kanker yang sangat sulit untuk ditangani melalui media terapi konvensional. Salah satu cara untuk mengembalikan fungsi hati secara penuh adalah dengan melakukan transplantasi hati. Mendengar kata transplantasi ingatan saya langsung menuju pada besaran biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien transplantasi.

Saya (mungkin para pasien yang lainnya) sangat berharap di negeri ini akan banyak inovasi bermunculan terutama dalam bidang kedokteran -terapi kanker khususnya. Sehingga pasien kanker masih mempunyai harapan tinggi untuk hidup. ECCT menurut hemat saya adalah salah satu bentuk inovasi bidang kedokteran, meski ECCT masih/harus melalui proses panjang.

Harapan itu “tidak hanya” dituju pada Dr Warsito (dengan ECCT/CTech Labsnya) semata, tetapi berharap dengan inovasi atau temuan-temuan para ilmuwan yang lain –yang bisa merevolusi dunia kedokteran khusunya dalam terapi kanker.

Poin yang ingin saya sampaikan adalah. Dalam hal ini, Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengelola aset negara. Dr Warsito, CTech Labs dan timnya adalah aset negara yang luar biasa. Mereka harus dijaga keberadaanya. Di AS, para ilmuwan yang mempunyai potensi besar dalam memajukan kesehatan nasional, mereka kelola dengan baik (tentunya dengan proaktif); memberikan pendanaan riset, membina mereka serta mengikutsertakan dalam proyek-proyek tertentu.

Lembaga-lembaga riset kesehatan di AS, seperti NIH, Howard Hughes Medical Institute (HHMI), David H Koch Institute for Integrative Cancer Research (lembaga riset kanker milik universitas MIT -seperti ITBnya Indonesia) seringkali melibatkan banyak ilmuwan dari pelbagai bidang dalam mengembangkan riset mereka. Mereka bersama-sama berkolaborasi dalam membangun riset unggulan dibidang kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun