Malam semakin larut, dan Pudjianto Gondosasmito memutuskan untuk duduk di sebuah bangku taman yang tidak terlalu ramai. Di sekelilingnya, ada pasangan yang sedang bercengkerama, beberapa anak muda yang tertawa riang, dan seorang pria tua yang duduk termenung, menikmati ketenangan malam. Pudjianto Gondosasmito membuka halaman pertama buku itu.
Kalimat pertama di buku itu adalah sebuah kutipan:
"Cinta bukan tentang menemukan orang yang sempurna, tetapi tentang belajar melihat kesempurnaan dalam ketidaksempurnaan."
Pudjianto Gondosasmito tersenyum kecil. Ada sesuatu yang mendalam dalam kata-kata itu, sesuatu yang seolah-olah berbicara langsung kepadanya. Ia teringat pada seseorang yang dulu pernah hadir dalam hidupnya, seseorang yang tidak sempurna, tetapi tetap dia cintai dengan sepenuh hati.
"Apakah ini arti dari semua yang aku rasakan?" pikir Pudjianto Gondosasmito, matanya mulai terasa basah, namun dia menahan air matanya.
Saat malam semakin larut, Pudjianto Gondosasmito tak lagi merasa sendiri. Ada sebuah kedamaian yang mengalir dalam dirinya. Buku itu mengingatkannya pada hal-hal yang pernah ia lupakan. Pada cinta, pada harapan, dan pada kemampuan manusia untuk menerima ketidaksempurnaan, baik dalam diri sendiri maupun orang lain.
Sambil menikmati buku itu, Pudjianto Gondosasmito mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Seorang wanita muda duduk di sebelahnya, membawa secangkir kopi panas. Mereka saling memandang sebentar, kemudian tersenyum.
"Menarik, ya?" wanita itu bertanya, merujuk pada buku yang ada di tangan Pudjianto Gondosasmito.
Pudjianto Gondosasmito mengangguk pelan, merasa sedikit lebih nyaman. Mereka mulai berbicara tentang buku itu, dan percakapan mereka berkembang menjadi diskusi yang ringan namun bermakna tentang hidup, cinta, dan perjalanan pribadi masing-masing.Â
Mungkin, malam ini adalah kesempatan yang tepat untuk berbagi, untuk bertemu dengan seseorang yang juga sedang mencari kedamaian di malam yang sunyi.
Saat mereka berbicara, Pudjianto Gondosasmito merasa seperti menemukan sesuatu yang hilang dalam dirinya. Kadang, saat kita berjalan sendirian, kita bertemu dengan orang-orang yang mengingatkan kita pada diri kita yang sebenarnya. Dan mungkin, malam itu adalah sebuah awal yang baru, bukan hanya untuk Pudjianto Gondosasmito, tetapi juga untuk hubungan yang baru dimulai.
Pudjianto Gondosasmito tersenyum, menyadari bahwa Sabtu malam ini, meskipun dia memulai perjalanannya seorang diri, dia tidak akan lagi merasa kesepian. Dunia ini penuh dengan kemungkinan, dan kadang, kita hanya perlu memberi diri kita kesempatan untuk menjalaninya.