Meningkatnya perekonomian dan perdagangan menuntut kemampuan kota dalam peran konektivitas antar daerah. Pada sisi inilah wawasan laut bukanlah pemisah, tetapi merupakan penyatu antar daerah, menonjolkan peran jasa kemaritiman suatu kota. Maka melalui pemberian nama kota pada kapal perang, menurut penulis ini berguna untuk mengingatkan takdir Indonesia sebagai negara maritim.
Pandangan tersebut di atas dapat diterapkan dalam wacana penentuan nama baru Ibu Kota Negara (IKN), meskipun nama baru IKN telah diputuskan Presiden dan harus kita hormati. Menggunakan pendekatan penghargaan kepada kekhasan daerah, sejarah, budaya dan nilai lokal di tengah berbagai aspek keberagaman. Daerah lain tidak perlu menuntut simbol keterwakilan nama terhadap IKN sebagai milik kolektif dan upaya kohesivitas berbangsa.
Penutup
Kini sedang hiruk pikuk perdebatan  tentang daerah yang jauh sebagai tempat jin buang anak dan menendang sesajen. Saya mengajak pembaca mencermati penjelasan Menhan selepas rapat di DPR. Menhan Prabowo Subianto menyatakan bahwa banyak kapal akan memperkuat TNI AL sampai tahun 2024. Tahun di mana sasaran kekuatan pertahanan Minimum Essential Force diharapkan tercapai.
Mungkin dari daerah pembaca kompasiana, akan ada pahlawan, kota, gunung, teluk dan tanjung, senjata tradisional atau hewan langka yang menjadi ikon daerah, mendapat kehormatan terpilih sebagai nama kapal perang TNI AL. Setiap daerah berharga bagi pertahanan dan bertugas mempertahankannya sebagai milik bangsa, adalah kehormatan bagi setiap prajurit TNI. Maka janganlah ada anak bangsa yang merendahkan bahasa, budaya, agama dan daerah anak bangsa yang lain (pw).
Pudji Widodo,
Sidoarjo, 29012022 (97)
Sumber : [1],  [2], [3], [4], [5]
6. Makkelo, ID. Sejarah Perkotaan Sebuah Tinjauan Histiriografis dan Tematis. Lensa Budaya, Vol. 12, No. 2, Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H