Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Malaria Pembunuh dalam Perang Pasifik dan Ancaman Omicron di Pengujung Tahun

24 Desember 2021   06:08 Diperbarui: 24 Desember 2021   09:14 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personel TNI AL sedang melaksanakan vaksinasi di Pelabuhan Sorong,| Sumber foto: Dispen Koarmada III/Kolonel Laut Drs. Abdul Kadir, M.A.P. via kogabwilwan3-tni.mil.id, 25/7/2021

Morimura melaporkan tentang situasi Pearl Harbor pada hari Sabtu. Empat jam setelah laporan Morimura, militer Jepang menyerbu Pearl Harbor pada minggu 7 Desember 1941. Ketika serangan pesawat tempur Jepang berakhir, AS masih beruntung karena tidak semua fasilitas pangkalan rusak.

Mungkin Morimura juga mengirim informasi tentang fasilitas kesehatan pangkalan, termasuk posisi rumah sakit. Pada pemulihan Pearl Harbor pasca serbuan Jepang, kapal rumah sakit USS Solace yang selamat dari serangan berperan merawat 10 ribu pasien korban serangan Jepang. Mungkin Jepang dalam pengumpulan data intelejen tidak memperhitungkan kemampuan dukungan fasilitas kesehatan AS, termasuk keberadaan USS Solace sebagai fasilitas kesehatan bergerak. 

Sebaliknya Jepang maupun AS tidak mempedulikan penyakit malaria sebagai data geomedik, yang ternyata menimbulkan kesulitan dalam upaya masing-masing memenangkan pertempuran di Guadalcanal danTeluk Milne Papua Nugini. 

Apa yang sekarang kita sebut penyakit sebagai bagian dari ancaman nontradisional sama sekali tidak diperhitungkan Jepang maupun AS dalam perang pasifik. Artinya Jepang dan AS saat itu tidak mempertimbangkan penyakit dalam Analisis Daerah Operasi (ADO) alias meremehkan peran data intelejen medis. 

Mari kita tinggalkan situasi Perang Dunia II dan kembali kepada situasi kekinian, di mana kita masih harus bertempur melawan Covid-19. 

Berbeda dengan era Morimura yang memasok hasil spionasenya saat itu dengan teknologi yang terbatas, kini kita setiap saat dapat menemukan berbagai informasi tentang perkembangan virus SARScoV-2 dengan segala variannya, termasuk Omicron yang ditemukan pertama kali di Afrika Selatan. 

Kita juga bisa mengikuti perkembangan penelitian penanggulangan Covid-19 baik dengan vaksin maupun obat.

Virus corona termasuk dalam salah satu dari 12 famili golongan Virus RNA, yaitu dari famili Coronanidae. Nama corona (latin) bermakna mahkota yang ditandai adanya viral spike atau protein-S yang mengisi permukaan virus. Sebagai penyebab penyakit Covid 19, SarsCov2 masih satu keluarga dengan virus SARScoV dan MERScoV dalam kelompok keluarga virus corona.

Ada baiknya kita memperhatikan kembali seluruh informasi yang menggambarkan identifikasi terhadap virus SarcoV-2 sebagai agen penyebab penyakit Covid-19 sebagai berikut:

a. SARScoV-2 termasuk golongan virus RNA, kode genetik ini penting dalam proses membangun protein serta memicu sistem kekebalan. Teknologi messenger RNA (m-RNA) telah digunakan dalam proses pembuatan vaksin. Platform teknologi ini berbeda dengan vaksin klasik yang dibuat dari virus utuh yang telah dilemahkan (CNNIndonesia.com, 24/6/2020)

b. Protein spike S pada permukaan virus SARScoV-2 berperan pada proses infeksi dan berfungsi sebagai pengunci yang mengikat reseptor ACE-2 sel yang menjadi target pada organ manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun