Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Malaria Pembunuh dalam Perang Pasifik dan Ancaman Omicron di Pengujung Tahun

24 Desember 2021   06:08 Diperbarui: 24 Desember 2021   09:14 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personel TNI AL sedang melaksanakan vaksinasi di Pelabuhan Sorong,| Sumber foto: Dispen Koarmada III/Kolonel Laut Drs. Abdul Kadir, M.A.P. via kogabwilwan3-tni.mil.id, 25/7/2021

Kecepatan bertindak para komandan kapal perang AS, Korsel, dan Inggris didasarkan kepada kecepatan penapisan dan ketepatan penegakan diagnosis. Kapal perang yang sedang bertugas operasi tersebut tentu dilengkapi perangkat laboratorium penunjang klinik yang memadai. Meskipun terjadi pada masa damai, klaster Covid-19 di kapal perang menghambat rencana operasi bahkan gagalnya tujuan operasi saat kapal perang telah berada di sasaran tugas. Di sisi lain, kecepatan diagnosis merupakan gambaran berharganya jiwa setiap prajurit yang harus dilindungi.

Malaria musuh bersama Jepang dan Sekutu dalam perang Pasifik

Pengaruh penyakit terhadap jalannya pertempuran juga terjadi delapan puluh tahun yang lalu, ketika Jepang berusaha menguasai seluruh Pasifik Selatan. Jepang ternyata mengalami kesulitan meskipun telah berupaya agar Amerika tidak bisa menghambat ofensifnya dengan lebih dulu menyerang Pearl Harbor. 

Sejarah mencatat bahwa selain terlibat perang konvensional, kedua belah pihak di Pasifik juga menghadapi musuh bersama, yaitu penyakit.

Pulau Guadalcanal di Kepulauan Solomon disebut sebagai pulau malaria. Pulau tersebut merupakan medan pertempuran yang paling menentukan dan terpanjang dalam sejarah perang Pasifik. Puluhan ribu prajurit meninggal dalam pertempuran Guadalcanal, karena korban pertempuran, keganasan alam dan penyakit malaria <5>. 

Kasus pulau Guadalcanal menjadi contoh bagaimana penyakit menghambat kemenangan salah satu pihak dan meningkatkan risiko kekalahan pihak yang lain.

Contoh lain adalah situasi pasukan sekutu yang digeser dari Port Moresby untuk ditempatkan di Teluk Milne di ujung timur Papua Nugini pada Juni 1942. Meskipun mengetahui berada di kawasan endemik malaria, namun tindakan pencegahan dilakukan tidak sesuai pedoman. 

Lebih dari seminggu di daerah operasi, namun profilaksis harian belum diberikan karena kendala bongkar muat bekal kesehatan. Akibatnya satu kompi Batalyon Infantri-55 ditarik kembali ke Port Moresby karena terserang malaria sebelum mereka berhadapan dengan musuh yang lain, Jepang.

Pada abad 18 demam kuning merontokkan moril prajurit Prancis dalam perang di Haiti yang semula berjumlah 50.000 orang tinggal 3000 yang tersisa kembali ke Perancis. Demikian pula pandemi Flu Spanyol turut mempercepat berakhirnya Perang Dunia I akibat kerugian personel prajurit yang meninggal karena sakit. Besarnya kerugian personel akibat penyakit telah membuat strategi perang menjadi tidak efektif.

Meremehkan data geomedik

Di palagan Asia Pasifik, saat itu Jepang mungkin melakukan kalkulasi tempur dengan data yang kurang lengkap. Data tersebut dipasok oleh Takeo Yoshikawa, personel Dinas Intelejen Angkatan Laut Jepang. Dengan nama samaran Tadashi Morimura pada awal April 1941, Takeo Yoshikawa telah tiba di Hawaii. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun