Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Jadilah Pelaut, Bukan Sekadar Jongos di Kapal

10 Desember 2021   04:39 Diperbarui: 10 Desember 2021   08:48 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaliknya, kita juga membangun kerja sama ekonomi dengan suatu negara yang membebaskan kita memiliki hubungan kerja sama industri pertahanan dengan negara lain.

Menjaga keseimbangan dalam memenuhi berbagai kebutuhan Indonesia baik ekonomi maupun pertahanan dengan berbagai negara di tengah kompleksitas interaksi dengan berbagai negara yang memiliki berbagai kepentingan tentu memerlukan kepiawaian diplomasi. Upaya menjaga keseimbangan ini sebenarnya adalah implementasi sikap politik luar negeri yang bebas aktif. Hal ini juga mendorong kesetaraan dan meningkatkan posisi tawar dalam masyarakat internasional.

Upaya meningkatkan posisi tawar ini semakin relevan dengan meningkatnya ketegangan kawasan akibat rivalitas Tiongkok dengan AS dan sekutunya. Suatu situasi yang menantang Indonesia agar mengambil peran aktif menurunkan "tensi" kawasan di tengah tarikan kepentingan adidaya. 

Salah satu pilihan adalah menggunakan diplomasi angkatan laut, sebagaimana amanat UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. Hal ini tentu memerlukan alutsista yang memadai dalam jumlah dan teknologi. Maka tidak ada alasan meningkatkan anggaran belanja pertahanan matra laut sebagai prioritas. 

Wasana kata.

Lalu setelah 76 tahun Indonesia merdeka, apakah visi Presiden Soekarno pada peresmian IAL telah terwujud ? Visi yang diawali dari kelahiran organisasi pergerakan di awal abad 19, yang menandai adanya kesadaran bahwa Hindia Belanda harus bertransformasi menjadi Indonesia yang berdaulat. Transformasi agar Indonesia tidak menjadi babu dan jongos serta obyek permainan bangsa lain.

Pidato Presiden Soekarno ketika meresmikan IAL pada tahun 1951, dapat dimaknai bahwa kelak kadet IAL akan menjadi perwira yang menjaga tanah airnya yang kaya dan memiliki kedaulatan ekonomi untuk kesejahteraan bangsanya. 

Harapan itu relevan sampai sekarang, seperti permanennya kepentingan nasional Indonesia. Bukan karena besarnya investasi di Indonesia, suatu negara asing lalu mendikte dan mengacak-acak wilayah kedaulatan Indonesia. Oleh karena itu, kehadiran Armada RI yang besar dan kuat merupakan salah satu jawaban. 

Dirgahayu Armada Republik Indonesia 5 Desember 1959-2021, Ghora Vira Madya Jala (pw).

***

Pudji Widodo,
Sidoarjo, 09122021 (92)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun