Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Ketika Lengan Baju Loreng TNI Digulung

27 November 2021   04:43 Diperbarui: 27 November 2021   20:40 53329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa bersama Kasal Laksamana TNI Yudo Margono, antarafoto.com, 22/11/2021

Model gulungan lengan baju loreng

Sebagai Panglima TNI yang baru, Jenderal TNI Andika Perkasa pada tanggal 21 November 2021 melaksanakan kunjungan kerja dan pertemuan dengan jajaran TNI AL di Mabesal. 

Ada yang menarik saat Panglima TNI melaksanakan foto bersama para pejabat utama TNI AL, yaitu tampak lengan baju Pakaian Dinas Lapangan (PDL) dalam posisi digulung. 

Sejak tanggal 19 November 2021 di jajaran TNI berlaku ketentuan bahwa selama pandemi, yang semula lengan baju PDL TNI dipanjangkan, diubah menjadi digulung.

Cara menggulung lengan baju PDL di jajaran TNI AL berbeda dengan di satuan-satuan TNI AD dan TNI AU. Pada tahun 1998 justru sempat muncul gulungan lengan baju PDL TNI AD sama dengan yang berlaku di TNI AL.

Namun, kemudian berubah kembali seperti semula. Sebaliknya  ada satuan TNI AL yang model gulungan lengan baju PDLnya sama dengan yang berlaku di jajaran TNI AD, yaitu pasukan khusus Kopaska. 

Ada kisah unik ketika penulis masih bertugas di Timor Timur. Menjelang kunjungan Menhankam/Panglima ABRI pada momen Hari Raya Natal, di Markas Korem Wira Dharma Dili dilaksanakan gladi penerima bingkisan Natal dari Panglima ABRI. Sesuai permintaan panitia, Pangkalan TNI AL (Lanal) Dili mengirim perwakilan seorang tamtama sebagai penerima bingkisan Panglima ABRI. 

Dengan alasan agar tampak seragam, seorang pamen panitia penyelenggara sempat minta agar gulungan lengan baju PDL tamtama Lanal Dili disamakan dengan perwakilan dari satuan lain. 

Namun saat pelaksanaan acara, anggota perwakilan Lanal Dili menerima bingkisan dari Menhankam/Pangab tetap dengan lengan baju tergulung ala Angkatan Laut. Kisah ini mengingatkan bahwa terdapat tradisi baku, termasuk cara menggulung lengan baju PDL, yang telah menjadi sejarah satuan dan tetap dipelihara. 

Lalu apa hubungan gulungan baju PDL TNI dengan pandemi ? Mungkin pembaca kompasiana masih ingat ketika pada Juli 2020 berlaku ketentuan untuk para penumpang MRT selain wajib mentaati protokol kesehatan, juga wajib mengenakan baju lengan panjang.

Di jajaran TNI ketentuan mengenakan PDL dengan lengan baju dipanjangkan bahkan berlaku lebih awal, yaitu sejak 8 April 2020 atau sebulan setelah kasus Covid-19 ditemukan di Jakarta.

Sesuai namanya, PDL tentu saja disiapkan untuk kegiatan lapangan di satuan, daerah latihan maupun tugas operasi. PDL bisa cepat dikenakan tanpa harus direpotkan memasang semua atribut, karena dekorasi yang diperlukan telah terjahit menempel di baju. Yang repot adalah bagaimana membuat PDL siap untuk dipakai setiap hari selama pandemi.

Konsekuensi ganti PDL setiap hari saat pandemi

Sejak awal pandemi sering muncul tips mensiasati agar risiko penyebaran corona di tengah keluarga dapat diminimalkan. Dari cuci tangan sebelum masuk rumah, kemasan barang sampai sol sepatu yang harus didisinfeksi, segera mandi sebelum menyentuh anak tersayang serta segera merendam dan mencuci pakaian dalam air sabun deterjen. Nah tidak terkecuali PDL loreng TNI pun mendapat perlakuan demikian agar keluarga aman.

Menambah jumlah PDL. Soal mencuci baju PDL inilah yang harus disiasati para prajurit terkait perintah harus mengenakannya setiap hari selama pandemi. 

Di satuan administrasi, sebelum pandemi, berlaku ketentuan PDL TNI dikenakan hanya sehari dalam 5 hari kerja. Sedang personel satuan operasi misalnya marinir, sebelum pandemi pun setiap hari personelnya selalu mengenakan PDL. 

Karena itu PDL personel satuan administrasi, lebih awet dan personel sering memiliki beberapa stel jatah PDL yang masih utuh dalam kemasan di lemari pakaian. 

Namun pandemi membuat semua PDL yang masih tersimpan segera dipasangi atribut untuk cadangan. PDL yang lama karena semakin sering dipakai juga akan lebih cepat pudar karena semakin sering dicuci dengan deterjen.

Stop penggunaan cairan Lerak. Selama ini terdapat beberapa personel yang biasa mencuci PDL dengan cairan lerak yang banyak tersedia di toko batik, atau menggunakan biji lerak yang tersedia di penjual bunga. 

Bahan pencuci batik tradisional ini telah lama dipakai karena membuat corak warna batik lebih awet. Namun sejak pandemi, kebiasaan baik ini ditinggalkan dan mencuci PDL pun menggunakan sabun cuci seperti pakaian yang lain demi terlindunginya kesehatan keluarga dari penyebaran virus corona.

Seperti diketahui, lapisan membran selubung virus SARScoV-2 mengandung bahan lipid atau lemak. Bahan kimia yang paling murah danmudah diperoleh untuk inaktivasi virus corona yang memiliki selubung adalah sabun/deterjen. 

Target dari sabun ini adalah merusak dan melarutkan struktur membran lipid yang menjadi selubung virus <1>. Itulah mengapa kita juga diminta sering mencuci tangan dengan sabun.

Menambah pengeluaran belanja. Sel target pada tubuh manusia sebagai pejamu, di mana virus corona sebagai agen penyakit bisa hidup dan bereplikasi adalah di jaringan organ saluran pernapasan. 

Memang di luar tubuh manusia virus corona akan mati. Namun droplet maupun aerosol dari mereka yang terinfeksi corona bisa melekat di mana-mana termasuk pakaian PDL TNI.

Telah dilakukan studi oleh para peneliti di De Montfort University (DMU) di Leicester, Inggris, menggunakan tetesan model virus disebut HCoV-OC4, yang mempunyai struktur dan pola kelangsungan hidup sangat mirip dengan SARS-CoV-2. 

Tetesan tersebut diberikan pada ketiga jenis kain dengan hasil pada poliester partikel infeksius masih ada di kain setelah tiga hari. Sementara itu, pada 100 persen kain katun dilaporkan virus bertahan selama 24 jam, sedangkan polycotton bertahan selama enam jam (kompas.com, 26/2/2021)<2>.

Jadi risiko sejak masuk ke ruang publik sampai kembali ke rumah, merupakan dasar mengapa pakaian harus dicuci dari droplet pembawa SARScoV-2 yang melekat. 

Sabun mandi, shampo, desinfektan, hand sanitizer, masker dan sabun cuci menambah pengeluaran belanja. Pandemi selain mengubah gaya hidup sehat preventif, juga mengubah alokasi anggaran belanja keluarga.

Tidak lagi mengkanji PDL. Di lingkungan korps marinir terdapat kebiasaan setelah mencuci dilanjutkan dengan melapisi PDL dengan larutan bubur tepung kanji cair. PDL yang dikanji, setelah kering dan disetrika akan berkilap, tidak mudah kusut dan rapi. Kebiasaan Itu telah saya kenal dari tetangga saya yang saat itu anggota kesatuan KKO AL. 

Repotnya musim hujan tentu memperlama proses pengeringan PDL yang tebal. Selama pandemi karena tuntutan segera dipakai, mungkin anggota marinir telah meninggalkan kebiasaannya mengkanji PDL. Jadi personel marinir mungkin cukup hanya merapikan PDLnya dengan menyeterika.

Memperluas area cuci tangan. Lalu bagaimana setelah lengan baju PDL TNI digulung, sementara status pandemi masih belum dicabut WHO ? Mereka yang sadar kesehatan preventif, bukan hanya para prajurit TNI, juga karyawan yang sudah WFO, saya rasa akan tetap berganti pakaian kerja setiap hari. 

Saya juga tidak hanya mencuci tangan, tapi memperluas area mencuci dengan sabun sampai batas siku lengan, seperti dokter bedah yang akan melakukan tindakan operasi.

Penutup

Bagi personel satuan-satuan yang jauh dari pusat sering mengalami kendala distribusi jatah pakaian dinas. Pakaian dinas jatah pembagian yang menjadi hak prajurit diterima terlambat. 

Maka mereka terpaksa sabar menggunakan pakaian yang telah pudar atau membeli baru di toko perlengkapan TNI, karena tidak mungkin melakukan pewarnaan ulang seperti membawa celana jins ke tukang wenter.

Lalu apa makna personel TNI menggulung lengan baju PDLnya yang sebelumnya selama 18 bulan pandemi selalu dipanjangkan. Saya rasa tidak ada hal khusus, bahkan menyitir ungkapan "menyingsingkan lengan baju," menggambarkan TNI tetap siap bekerja keras melawan Covid-19. TNI tetap akan memberlakukan rencana kontinjensinya menghadapi bencana non alam pandemi Covid-19 sampai WHO menghapus status pandemi. 

Tantangan libur Nataru telah menanti, parameter keberhasilan penanggulangan penyebaran Covid-19 jangan sampai kembali memburuk.  Mari kita belajar dari meningkatnya kembali kasus Covid-19 di Eropa, juga mengantisipasi munculnya varian baru B.1.1.529 yang lebih ganas dari varian Delta. Cukup dua gelombang saja di Indonesia, jangan sampai Covid-19 merebak lagi dalam gelombang ke tiga. (pw).

Pudji Widodo,
Sidoarjo, 26112021 (89).

Sumber :

1. Prayitno J, et al. Tinjauan teknologi inaktivasi virus untuk penanggulangan pandemi Covid-19. Jurnal Bioteknologi dan Biosains Indonesia, Vol. 8 No. 2, Juni 2021.
2. www.kompas.com, 26/2/2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun