Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Pesan di Balik Topi Kelasi Baru

20 November 2021   09:00 Diperbarui: 21 November 2021   05:30 3981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasal Laksamana Yudo Margono memasang topi kelasi baru kepada perwakilan tamtama TNI AL. Sumber: TNI AL/Tribunnews.com

Sambil terus membangun sishankamrata untuk memfasilitasi setiap warga negara yang berhak dan wajib berperan dalam bela negara, maka seyogyanya kita merenungkan kembali apakah sistem pertahanan yang kita pilih, telah menempatkan pertahanan laut nusantara secara proporsional dan sebagai prioritas. Bila kita bisa menumpas kekuatan lawan dalam perjalanan masuk ke wilayah NKRI, tentu merupakan hal yang lebih baik agar kita tidak mengalami perang berlarut. Tidak berlebihan bila tugas dan peran itu dibebankan kepada oleh Angkatan Laut.         .

Penutup

Apa yang saya bayangkan 22 tahun yang lalu di geladak kapal perang Perancis telah terwujud. Pemasangan topi kelasi oleh Kasal Laksamana Yudo Margono kepada perwakilan tamtama TNI AL menandai peresmian Topi/Pet Kelasi baru berwarna putih ini. Sebuah seremoni sederhana, namun penuh makna.

Sejatinya semua bagian dari seragam pakaian dinas prajurit TNI ditentukan bukan sekedar sebagai alat pembeda dengan entitas lain. Pakaian dinas dan semua dekorasinya termasuk TOPI KELASI baru, adalah alat pengendali dan pendorong motivasi kejiwaan menjaga nilai-nilai luhur sebagai kode kehormatan prajurit. Kehormatan prajurit muncul dan diekspresikan dalam pikiran, ide, perkataan, perbuatan dan perilaku  sebagai prajurit profesional, termasuk juga dalam interaksi sosial di tengah masyarakat.  

Mengubah topi kelasi prajurit Tamtama TNI AL sesuai seragam yang berlaku universal, agar setara dengan prajurit Angkatan Laut seluruh dunia adalah tataran simbol. Realitanya NKRI sebagai negara maritim ditakdirkan lahir di antara dua benua dan dua samudera yang penuh dinamika dalam konstelasi kawasan regional dan global. Suatu kondisi yang menuntut Indonesia mengambil peran aktif di tengah kompetisi adidaya yang di antaranya diwarnai perlombaan senjata.

Di balik harapan terwujudnya sosok prajurit profesional, seyogyanya kita mengingat apa yang diungkapkan Urip Sumoharjo sebelum TKR lahir, “Aneh, negara zonder (tanpa) tentara.” Dalam perkembangan lingkungan strategis kekinian dan takdir posisi Indonesia, maka “aneh, negara poros maritim dunia zonder Angkatan Laut yang kuat.” (pw).


Pudji Widodo,
Sidoarjo, 19112012 (88).


Sumber foto :   1, 2, 3, 4, 567, 
8, 9, 10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun