Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pelayanan Kesehatan Primer di kawasan DPTK dan Format Baru Operasi Bakti TNI AL

22 Desember 2020   05:35 Diperbarui: 23 Desember 2020   00:17 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama bidan PNS TNI AL dan personel Philippines Marine Corps dalam Operasi Bakti SBJ LXIV/2015 di P. Marore Sulut.

Operasi bakti TNI AL di wilayah perbatasan, tertinggal dan kepulauan.

Ada kasus yang sangat mengusik harga diri kebangsaan kita. Suatu saat dokter AA yang bertugas di Puskesmas Pulau Sebatik merujuk kasus pasien luka tembak ke Tawau karena di Nunukan belum ada rumah sakit dan Tarakan terlalu jauh. 

Sampai di Tawau, pasien diminta pulang karena tidak mempunyai uang, Waktu itu dikatakan :"kalau saudara dokter mengirim pasien tolong disertai dengan uang". Kemudian dikatakan juga bahwa rumah sakit Tawau dibangun untuk orang Malaysia. 

"Sejak itu saya merasa bagaimana ini kita di perbatasan, sanggupkan kita mengurus bangsa kita sendiri, khususnya di bidang kesehatan. Saat itu saya sedih sekali, tapi apa daya tidak bisa berbuat banya karena waktu itu masih sentralistik" (Noveria, 2018 :200) <1>.

Tersebut di atas adalah pengalaman penugasan dokter puskesmas dan merupakan salah satu dari sekian banyak kisah tentang kualitas pelayanan kesehatan di wilayah perbatasan Kalimantan Utara dengan Malaysia pada hampir dua dekade yang lalu.  

"Dokter Indon tidak bisa kasih obat?", pertanyaan tersebut terpaksa diterima sebagai  hinaan bagi sebagian warga, ketika mereka mendatangi klinik-klinik pengobatan di wilayah negara bagian Sabah Malaysia. 

Delapan tahun kemudian apa yang terjadi di perbatasan Kaltim masih dialami oleh warga P. Marore Kabupaten Sangihe Sulut dan P. Mutus Kabupaten Raja Ampat. di Provinsi Papua. 

Untuk pelayanan primer tentu tidak sesulit seperti saudara mereka di P. Sebatik yang harus pergi ke negara lain. Namun kesamaan problemnya adalah sulitnya transportasi dan kendala cuaca di laut bila terdapat kasus medis yang memerlukan rujukan.

Pada tahun 2014, penulis terlibat dalam Satgas Operasi Bakti Surya Bhaskara Jaya (Opsbak SBJ)  LXIII dalam rangka hajat nasional Sail Raja Ampat. Untuk Opsbak SBJ 2014, TNI AL menggerakkan rumah sakit kapal KRI dr. Soeharso 990 dengan daerah sasaran P. Mutus Waigeo Barat Raja Ampat, Waisai dan Sorong. 

Pengalaman tak terlupakan adalah saat perjalanan menuju daerah sasaran, di perairan Masalembo, salah seorang personel satgas harus menjalani operasi radang usus buntu (apendisitis). 

Tindakan operasi bedah dengan bius umum sudah biasa dilakukan saat kapal sandar atau lego jangkar di tengah laut. Namun operasi bedah pada saat kapal laju berlayar tentu memberi kesan mendalam bagi tim kamar operasi maupun pasiennya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun