Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sekolah dibuka kembali, Apa Peran Komponen Masyarakat Sekolah?

27 November 2020   17:06 Diperbarui: 29 November 2020   06:10 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simulasi protokol kesehatan di salah satu sekolah di Magelang, sumber : jatengprov.go.id<1>.

Demo ibu-ibu karena sekolah libur terlalu lama
Pada pertengahan Juli 2020 sekelompok ibu-ibu mendatangi Sekolah Dasar Tebul Barat Kecamatan Pengantenan Kabupaten Pamekasan dan mengajukan protes agar sekolah dibuka kembali (regional.kompas.com, 14/7/2020). Para ibu tersebut beralasan selama sekolah libur, anak-anak mereka sibuk bermain sementara pendidikan jarak jauh tidak terlaksana. 

Para wali murid ini kesal sekolah sudah libur terlalu lama, dan sebenarnya yang kesal serta pusing bukan hanya para orang tua di Desa Tebul Barat Pamekasan, tapi di seluruh Indonesia.

Akhirnya Mas Menteri Nadiem Makarim membuat keputusan yang sudah lama ditunggu para orangtua dan segenap pemangku kepentingan pendidikan bahwa Pendidikan Jarak jauh (PJJ) akan diakhiri dan sekolah akan dibuka kembali pada Januari 2021.

Selama dalam ketidakpastian itu, para orang tua pusing dengan limbungnya ekonomi keluarga, yang bekerja pusing memikirkan siapa yang membimbing anaknya belajar di rumah, yang tinggal di rumah karena PHK atau pengurangan jam kerja pusing karena tidak seluruhnya menguasai materi pelajaran atau anak berebut smartphone karena jam belajar bersamaan sedang  HP hanya satu maupun kendala sulitnya sinyal internet di berbagai daerah. 

Pemerintah memang sudah memberi bantuan pulsa internet baik untuk murid maupun guru, namun di lapangan banyak muncul persoalan. Covid-19 bukan hanya mematikan pasien yang diserangnya, tetapi juga menimbulkan masalah kesehatan jiwa dengan adanya kasus siswa yang bunuh diri dan anak yang mengalami KDRT sebagai korban kemarahan Ibunya.

Di sisi lain, terdapat juga orang tua yang masih ragu dilaksanakannya kembali Proses Belajar Mengajar (PBM) tatap muka lansung. Pemerintah memang terbuka terhadap  keputusan orang tua yang belum yakin akan keselamatan anaknya dengan PBM tatap muka. 

Itulah realita betapa pandemi Covid-19 yang seharusnya dihadapi bersama bahu-membahu, namun berbeda-beda dalam mensikapi kebijakan pemerintah karena heterogennya masyarakat. Bahkan hingga 9 bulan pandemi menyandera Indonesia, penulis masih menemukan unggahan video yang menganggap Covid-19 tidak ada dan hanya rekaan konspirasi.

Apa yang dilakukan ibu-ibu Desa  Tebul Barat mewakili sebagian masyarakat yang belum sepenuhnya memahami bagaimana transmisi virus SARScoV-2 harus dihentikan.

Sedang yang ragu mungkin karena merasa mereka bisa memfasilitasi semua kebutuhan anaknya untuk proses PJJ. Hal ini tidak berbeda dengan para orangtua yang sebelum bencana pandemi telah memilih metode belajar home schooling bagi anaknya. Sedang yang tidak percaya Covid-19 menggerutu pada berbagai kesempatan, menghina para tenaga kesehatan, sampai menuduh rumah sakit mengcovidkan pasien. 

Puskesmas sebagai lini depan melawan agen penyakit

Kemenkes sebagai penanggungjawab pembangunan nasional dalam penanggulangan pandemi, mengendalikan agar terdapat kesamaan pola pikir dan pola tindak jajaran kesehatan di seluruh Indonesia. Buku petunjuk penangulangan dan pengendalian pandemi Covid-19 sampai direvisi berkali-kali. Menkes yang bekerja keras dalam diamnya dan sulit diakses media, menyebabkan salah satu manajemen televisi membuat wawancara imajiner. 

Menkes fokus pada kesiapan infrastruktur, kalkulasi kesiapan rumah sakit rujukan dan lapangan, jumlah tempat tidur, ICU, peningkatan jumlah dan distribusi alat PCR serta kesiapan nakes ditengah deraan duka karena tingginya angka kematian dokter dan perawat.

Pandemi bukan hanya memang  masalah kesehatan, pandemi adalah bencana sehingga sesuai regulasi kebencanaan Presiden menunjuk Kepala BNPB sebagai komandan lapangan dan Menkes sebagai salah satu pengarah di tingkat steering committe.

Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, khususnya pusat rujukan Covid-19, rumah sakit berusaha keras melaksanakan regulasi nasional, berupa mekanisme internal kebijakan penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dari pasien masuk hingga keluar rumah sakit. 

Dinas Kesehatan mengendalikan pelayanan primer Puskesmas khususnya pelaksanaan tes skrining dan pelacakan (Testing and Tracing) termasuk menjamin kecukupan logistik kesehatan. Pada level inilah sebenarnya peran penting Puskesmas sebagai lini depan penanggulangan pandemi Covid-19 karena pasien yang tergolong konfirmasi nonsimtomatis atau orang tanpa gejala (OTG) jumlahnya mencapai 80% kasus.

Bukan hanya infrastruktur, penanggulangan pandemi Covid-19 tak bisa dilepaskan dari peran penting sumber daya manusia tenaga kesehatan. Setiap tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanggulangan pandemi Covid-19, khususnya dokter tentu saja tidak akan berpikir sebatas ruang klinik tempat berlangsungnya transaksi terapeutik dengan pasiennya. 

Terhadap semua kemungkinan transmisi Covid-19, dokter dan seluruh tenaga kesehatan pasti menggunakan prinsip pendekatan yang berorientasi kepada kesehatan komunitas, sebagaimana teori lama bahwa penyakit merupakan proses interaksi antara pejamu-agen dan lingkungan. Pada sisi inilah peran Testing dan Tracing sebagai bentuk surveilan menjadi penentu kesungguhan kita menanggulangi pandemi Covid-19, sebagaimana ketentuan WHO tentang standar jumlah individu yang menjalani pemeriksaan pada suatu populasi.

Seluruh sumber daya dan potensi nasional dikerahkan untuk menghentikan transmisi SARScoV-2 sebagai penyebab Covid-19. Sebagai virus baru, karakter SARScoV-2 belum sepenuhnya kita kenali. 

Salah satu sifat jahat virus yang termasuk dalam keluarga corona ini adalah kecepatannya dalam penularan, namun dibanding penyebab flu burung, rerata angka kematiannya relatif kecil, sampai sekarang ini tercatat pada kisaran 3% sedang flu burung sampai 50%. 

Namun bukan karena itu kita lalu menjadi abai, karena dibanding flu burung justru Covid-19 ternyata telah menyandera masyarakat global sampai hampir 1 tahun sejak merebak di Wuhan China bulan Desember 2019.

Menunggu obat yang pilihan untuk Covid-19 belum ketemu, namun bersyukur proses penelitian dan semua tahapan pembuatan vaksin pencegah infeksi  sudah hampir tuntas, relatif cepat waktunya yang dipersingkat karena darurat. Nah dihadapkan pada situasi tingginya kecepatan penularan virus, obat pilihan belum ada dan vaksin belum tersedia, penulis jadi teringat iklan rokok, "Kita tak bisa mengubah situasi, tetapi kita bisa megubah strategi". 

Maka terkait keputusan Mas Menteri Nadiem Makarim yang akan membuka kembali Proses Belajar Mengajar (PBB) sekolah, apa yang harus kita lakukan? Jawabannya adalah tidak lepas dari strategi penerapan protokol kesehatan 3-M (masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) dan 3 T (testing, tracing, treatment)  yang konsisten dari masing-masing komponen masyarakat sekolah.

Para guru, tenaga non pendifikan  peserta didik bahkan orang tua murid biasa disebut sebagai masyarakat sekolah. Dalam konteks pengendalian dan penanggulangan pandemi  masing-masing komponen memiliki peran yang saling terkait. 

Bahkan puskesmas dalam wilayah di mana fasilitas kesehatan primer ini bertanggung hawab melaksanakan pembinaan kesehatan, sebagai wujud sinergi sumber daya harus dimasukkan menjadi bagian dari masyarakat sekolah. Semuanya terlibat dalam membentuk dan membangun kultur gaya hidup normal baru untuk menghentikan laju transmisi SARScoV-2.

1. Keluarga di rumah 

a. Bila anak sakit tak perlu masuk sekolah. Hampir semua penyakit infeksi ditandai dengan demam sebagai manifestasi pertahanan tubuh sedang bekerja. Di wilayah penulis tinggal, puskesmas membuka hotline yang dapat dihubungi sebagai akses konsultasi terkait dan tanda serta gejala dan apa yang harus dilakukan keluarga

b. Anak membawa bekal makan dan minum ke sekolah. Untuk mencegah kerumunan agar kantin sekolah ditutup. Nasehati anak untuk makan di bangkunya masing-masing agar prinsip menjaga jarak tetap dilaksanakan.

c. Bila anak menggunakan mobil antar jemput berlangganan, kita perlu meyakinkan apakah kapasitas sudah disesuaikan dengan ketentuan pengurangan jumlah penumpang. Bila ternyata tidak, maka mengantar sendiri ke sekolah merupakan tindakan bijaksana.  Sebaiknya memiliki daftar nama dan alamat anggota kelompok langganan mobil jemputan terkait dengan kriteria zonasi aman Covid-19.

d. Bekali anak dengan masker dan kantong plastik dengan jumlah yang cukup sesuai  lama belajar karena setiap 4 jam masker harus diganti. Masker yang kotor dimasukkan ke dalam kantong, tidak dimasukkan tas atau saku celana/baju.

e. Bekali anak dengan handsanitizer dan desinfektan dan face shield.

f. Selalu  memantau perkembangan data Covid-19 di wilayahnya. Sayang infografis keberadaan pasien konfirmasi di level kelurahan sudah tidak bisa dipantau seperti saat 4 bulan pertama sejak Covid resmi menyerang Indonesia. 

Demi kepentingan publik data jumlah penderita di wilayah sampai ke tingkat desa/kelurahan mestinya dapat diakses untuk antisipasi baik oleh orang tua siswa maupun pihak sekolah. 

Dalam hal ini sistem penerimaan murid dengan zonasi yang pada awal tahun ajaran baru 2019 yang sempat diprotes para wali murid, ternyata bermanfaat pada masa pandemi, karena orang tua dan sekolah dapat segera mengetahui apakah wilayah mereka aman atau tidak.

g. Pulang dari sekolah, agar anak diminta segera mandi setelah tiba di rumah kembali.

h. Menyampaikan informasi kepada Ketua RT bila terdapat anggota keluarga termasuk anaknya yang mulai belajar tatap muka ternyata dinyatakan rapid tesnya reaktif, apalagi bila hasil swab tes PCR positif.

i. Bersedia mengikuti bila di wilayahnya menjadi sasaran kegiatan testing dan tracing.

2. Sekolah

a. Mengatur jumlah siswa yang hadir ke sekolah 50% kapasitas kelas. Jumlah waktu tatap muka tentu tidak sama dengan situasi normal karena murid bergantian masuk, namun ini lebih baik karena prinsip keselamatan yang diutamakan.  

b. Menyiapkan petugas skrining suhu badan yang proporsional dengan jumlah siswa yang diijinkan hadir ke sekolah agar tidak terjadi antrian panjang yang menyita waktu dan melelahkan baik murid maupun petugas.

c. Menyiapkan tempat cuci tangan dengan jumlah yang cukup pada setiap kelas, air dijamin selalu mengalir dan tersedia sabun untuk cuci tangan.

d. Mengatur jumlah dan jarak antar bangku sesuai kapasitas yang proporsional dengan rekomendasi jaga jarak antar bangku. Bangku atau meja belajar yang tidak boleh ditempati diberi tanda. Akan lebih baik bila meja siswa diberi partisi proteksi.

e. Membuka jendela agar sirkulasi udara mengalir lancar, tidak menggunakan pendingin ruangan.

f. Tidak membuka kantin yang memicu kerumunan siswa.

g. Pada jam istirahat, murid diijinkan membuka bekal makanan-minuman dan dikonsumsi di meja masing-masing.

h.  Mengontrol pelaksanaan protokol kesehatan di tempat ibadah sekolah sesuai kapasitas.

i. Kegiatan rapat guru dilaksanakan virtual.

k. Setelah pelajaran selesai, dilaksanakan desinfeksi kelas.

l.  Anjurkan anak langsung pulang, tidak pergi ke tempat lain dan langsung mandi setelah tiba di rumah.

m. Para guru agar tidak bosan-bosan mengingatkan muridnya melaksanakan 3 M dan meneruskan "indoktrinasi" tersebut kepada seluruh keluarga.

m. Gunakan perangkat IT untuk pengumpulan tugas, sehingga tidak ada kontak memegang kertas atau lembar tugas.  

3. Dinas Pendidikan

a. Mengusulkan kepada Dinas Kesehatan agar melaksanakan tes swab PCR kepada seluruh guru dan staf sekolah sebagai bagian dari mitigasi kesiapan sekolah sebelum pelajaran tatap muka langsung dimulai.

b. Menyampaikan konsep petunjuk teknis kepada Kepala Daerah untuk disahkan dan didistribusikan ke seluruh sekolah.

c. Menugasi pengawas sekolah untuk secara periodik meninjau pelaksanaan protokol kesehatan di sekolah, memantau temuan kasus dan koordinasi dengan Dinas Kesehatan perkembangan penanganan kasus.

d. Menghentikan dan menutup PBM di sekolah bila terdapat murid yang berstatus konfirmasi positip Covid-19.

4. Puskesmas

a. Memfasilitasi dan menerima konsultasi manajemen sekolah dan orangtua murid bila terdapat murid yang sakit di sekolah dengan gejala dan tanda kasus Covid-19.

b. Memfasilitasi pelaksanaan skrining rapid test dan swab test PCR bagi murid yang dikonsulkan manajemen sekolah.    

c. Melaksanakan prosedur rujukan ke rumah sakit.

d. Melaksanakan contact tracing ke individu yang terdapat riwayat kontak dengan pasien konfirmasi positip Covid-19.

e. Melaksanakan testing dan tracing terhadap keluarga murid yang terkonfirmasi positip Covid-19 dan lingkungan tempat tinggal.

f. Segera menyampaikan hasil temuan pemeriksaan  kepada manajemen sekolah dan mengusulkan penghentian PBM bila ditemukan indikasi adanya kluster sekolah.

g. Melaksanakan penyuluhan kepada para murid tentang pentingnya protokol kesehatan. Diharapkan para murid meneruskan "indoktrinasi" ini kepada keluarga masing-masing dan menegur setiap anggota keluarga yang tidak tertib. Para orangtua akan malu dan termotivasi untuk taat 3 M bila ditegur anaknya yang masih SD.

Wasana Kata

Virus SARScoV-2 butuh hidup di dalam inangnya yaitu sel manusia khususnya  organ pernapasan. Di luar itu baik di ruang terbuka, hinggap di berbagai benda melalui droplet pengidapnya setelah waktu tertentu, virus corona ini akan mati. SARScoV-2 juga musnah bila dicuci dengan sabun karena dinding selnya akan dirusak oleh lemak sabun cuci.

Kedisiplinan masyarakat sekolah melaksanakan 3 M merupakan situasi cipta kondisi untuk membuat SARScoV-2 tidak bisa melakukan replikasi. Jangan memberi kesempatan si corona ini mengancam masyarakat sekolah. Maka peluang pembukaan sekolah kembali yang diberikan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim, harus disambut dengan jaminan disiplin masyarakat sekolah melakukan 3 M dan responsif bila petugas kesehatan melakukan 3 T.

Selamat Hari Guru 2020.

Sidoarjo, 26112020 (60)

sumber foto : 1. https://jatengprov.go.id/beritadaerah/17-sekolah-di-kota-magelang-simulasikan-pembelajaran-tatap-muka/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun