Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer. Pensiunan.

Ada bila berarti

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ibu: Pilihan Peran dan Tantangan Pendampingan Lansia Jangka Panjang

25 Desember 2024   04:10 Diperbarui: 25 Desember 2024   04:10 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada perkembangan anak selanjutnya, Ibu dapat menjadi pendorong awal pembentukan semangat literasi membuka cakrawala pengetahuan. Ibu pun menjadi yang pertama menyemaikan nilai moral universal dan kesadaran inklusif memperkuat kohesivitas anak bangsa. 

Baik berperan domestik maupun di ruang publik, pada akhirnya setiap ibu bergerak melewati satu periode berganti generasi. Seperti rangkaian perjalanan, kemudian  memasuki fase lanjut usia.

Ibu lansia dengan hendaya fisik dan mental

Jumlah penduduk Indonesia yang termasuk kategori lansia sesuai Sensus Penduduk Indonesia pada 2023 mencapai hampir 12 persen atau sekitar 29 juta. Indonesia telah memasuki periode populasi penuaan, yaitu terjadi peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) diikuti dengan peningkatan jumlah lansia yang diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya.

Pada tahun 2024 seluruh unsur pembentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengalami peningkatan. Termasuk unsur IPM yang meningkat adalah UHH tercatat sebesar 74,15 tahun.

Peningkatan jumlah orang lansia, termasuk perempuan, menyebabkan keluarga menanggung risiko yang berhubungan dengan warga lansia sebagai kelompok rentan.

Warga lansia merupakan kelompok rentan karena daya tahan tubuh mereka lebih rendah dibandingkan dewasa muda. Kaum lansia juga rentan terhadap penyakit degeneratif akibat pertambahan usia.

Kelompok lansia memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap penyakit  hipertensi, jantung, diabetes, stroke, mengalami patah tulang, gangguan pendengaran dan penglihatan, gangguan mental dan demensia, bahkan bisa multipatologis. Penyakit tersebut dapat membuat kelompok lansia menjadi penyandang disabilitas. 

Kelompok lansia sama rentannya dengan bayi dan anak-anak. Penurunan kondisi fisik maupun  mental membuat semakin lansia seseorang, semakin tinggi tingkat ketergantungan kepada orang lain. 

Maka berbeda dengan balita yang lucu menggemaskan, interaksi dengan lansia yang mengalami demensia atau tak berdaya akibat berbagai penyakit kronis, akan menguras kesabaran dan melelahkan mental anggota keluarga.

Lansia yang mengalami demensia kesulitan menjalankan aktivitas sehari-hari karena mempengaruhi perilaku, perasaan, sampai hubungan dengan orang sekitar. Sedang keterbatasan fisik akibat stroke dan patah tulang,  penyakit degeneratif kronik, kanker, konsumsi bermacam-macam obat dan penurunan aktifitas sosial serta ekonomi, dapat memicu gangguan mental lansia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun