Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer. Pensiunan.

Ada bila berarti

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Baur Bahagia dan Cemas

12 Desember 2024   07:25 Diperbarui: 12 Desember 2024   07:25 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cara ayah menggendong bayi mencegah regurgitasi ASI (sumber: sumsel.tribunnews.com)

Menunggu hadirmu tidak pernah membosankan.
Telah panjang lorong waktu yang kami tempuh.
Kapan adalah tanya yang menggelisahkan,
Ingin menarik diri dari setiap pertemuan.

Akhirnya kabar pasti keberadaanmu datang,
Usia bundamu di rentang risiko kesehatan.
Cemas dan bahagia kami berbaur terbentang,
Kidung syukur dan doa kami menjadi panjatan.

Air ketuban menjadi penanda,
Pada penyertaan Tuhan kami bergantung kasih-Nya.
Berkah Tuhan tak pernah tertunda,
Diatur-Nya semua menurut waktu-Nya.

Tangis pertamamu membahagiakan ayah bunda,
Meski malam kini menjadi berbeda.
Kita biarkan lelah lelap tidur membalut bunda,
Ayah menjaga laparmu terpuaskan pada air susu bunda.

Pada gendongan ayah engkau bersendawa nyaman,
Agar air susu terserap tak tumpah.
Air susu bunda dipompa dan disimpan,
Makanan istimewa karunia Tuhan melimpah.

Tumbuh kembangmu menguatkan lelah payah,
Bahagia ayah menyuapimu air susu bunda.
Kadang demammu mengundang gelisah.
Takut kehilanganmu terbenam di dada.

Tumbuh besarmu adalah berkat Tuhan curahkan.
Meski purna kelahiranmu jujur mencemaskan.
Anak tunggal tak tergantikan,
Tak ingin ayah memanjakan.

Tugas ayah membuat kita sering berpisah,
Kebersamaan tersambung dalam sinyal kuota.
Sebagian masa kanakmu tanpa ayah,
Bahagia kau telah mengeja huruf menjadi kata.

Kecemasan purna kelahiran terlampaui penuh kesan.
Bergantian antara gemas, cemas dan doa puja.
Kata bunda di meja engkau meninggalkan pesan:
"Bunda jangan tinggal aku bekerja."

Pudji Widodo,
Sidoarjo, 12122024 (196/138).
Kecemasan purna kelahiran pada ayah = Postnatal Depression = Daddy Blues.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun