Personalitas adalah kepribadian yang asli, yang belum tersentuh najis pencapaian, profesi, karir, dan sebagainya. Jadi sebenarnya rada aneh kalau KTP secara keseluruhan disebut identitas.
Personalitas adalah apa adanya dirimu. Untuk sampai pada "dirimu", sulit-sulit mudah. Islam mempunyai Nabi Muhammad Saw. Beliau adalah panutan bagi siapapun; latar belakang identitas yang  bagaimanapun. Beliau adalah pemimpin yang disegani, pedagang sukses, orator ulung, penyusun formasi budaya, dan semua contoh hidup sebagai manusia ada dalam dirinya; tetapi ia manusia biasa. Mengikutinya bukan berarti menjadi orang lain, tetapi menjadi manusia yang paling manusia pada tingkat yang sangat "normal".
Namun, sangat disayangkan asumsi publik merubah pandangan tersebut. Mereka melihat Nabi Muhammad Saw. Sebagai manusia yang selalu 'serius', tidak pernah bergurau, hidupnya selama 24 jam dipenuhi dengan ibadah fisik, hari-harinya selalu puasa, seolah meletakkan beliau pada posisi bukan manusia.
Padahal sejarah membuktikan bahwa beliau adalah kepribadian manusia yang sangat mendasar. Siapa saja yang mengikutinya artinya sedang dalam perjalanan menuju kesempurnaan atau manusia yang sangat "normal", walaupun tingkat spiritual kejiwaan tidak akan pernah sampai pada tingkat kenabian.
Dengan mengikutinya, kita mampu membaca ke dalam; siapa sebenarnya aku? Ada apa dengan diriku? Apakah aku benar-benar aku? Atau aku adalah aku yang lain?
Setelah membaca kedalam, maka akan kita jumpai bahwa ada ruang yang sangat luas yang mampu menampung apa saja. Ruang itu adalah kedewasaan dan kebijakan.
Oleh: Aziz Kurniawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H