"Sekarang Indonesia mengalami proses peremajaan, jadi penting untuk memotret pendapat anak muda karena dalam teori democratic governance, kualitas demokrasi pemerintahan demokratis akan semakin baik, jika para policy makers, termasuk para politisinya, mampu menyerap populasi warga yang jumlahnya sesignifikan kalangan anak muda," tuturnya seperti diberitakan Kompas.com, 27/10/2021.
Kolaborasi Media, Aktivis & Influencer Lingkungan
Kesadaran dan kepedulian Gen Z maupun generasi milineal terhadap perubahan iklim dan lingkungan ini, tentu saja sebuah kenyataan yang menggembirakan. Namun, sayang jika kenyataan ini tidak dioptimalkan menjadi sebuah gerakan berkelanjutan.
Untuk itu, kita butuh kepedulian seluruh kelompok kepentingan. Mulai dari media mainstream sebagai pusat penyebaran informasi lingkungan dan perubahan iklim, pemerintah pusat dan daerah, sekolah, kampus, para aktivis dan NGO lingkungan, serta para orangtua. Semua perlu berkolaborasi, bekerja sama mengoptimalkan kesadaran dan kepedulian Gen Z dan generasi milenial ini. Sehingga mereka bisa berkontribusi nyata terhadap perbaikan lingkungan dan perubahan iklim. Minimal dari tempat mereka berada. Syukur-syukur bisa menjadi sebuah gerakan yang massif.
Dan untuk memulai gerakan itu, kita memang memerlukan komunitas-komunitas lingkungan dan perubahan iklim, yang menjadi tempat para remaja kita melakukan kegiatan-kegiatan nyata. Dan itu bisa dimulai dari sekolah-sekolah, dari kampus-kampus, seta dari komunitas luar sekolah atau kampus yang bisa menghimpun mereka.
Media mainstream, seperti media online, mungkin bisa membantu para remaja kita dengan mengajari mereka cara menulis yang baik, serta membuka kanal khusus untuk tulisan-tulisan netizen pemerhati atau aktivis lingkungan dan perbahan iklim dari kalangan milenial dan Gen Z.
Sementara para aktivis serta NGO lingkungan di Indonesia bisa mengadakan workshop atau kelas-kelas jarak jauh untuk komunitas-komunitas lingkungan di kalangan anak muda di seluruh Indonesia, memberikan materi yang lebih dalam lagi tentang isu-isu lingkungan dan perubahan iklim.
Pemerintah pusat dan daerah mungkin bisa memulai kebijakan-kebijakan yang pro lingkungan dan perubahan iklim, kebijakan atau bantuan yang bisa menumbuhkan komunitas-komunitas lingkungan dan perubahan iklim di daerah-daerah di kalangan milenial dan Gen Z.
Para orangtua mungkin mulai mendorong anak-anak remaja mereka untuk ikut dalam komunitas-komunitas lingkungan dan perubahan iklim. Dan yang paling penting adalah bagaimana para orangtua mulai menanamkan dan mengajarkan anak-anak remaja mereka untuk peduli terhadap lingkungan dan perubahan iklim.
Dan hal itu bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari yang dimulai dari rumah. Seperti mulai dengan kebiasaan menghemat penggunaan air dan listrik, ber-media sosial yang baik, menggunakan transportasi umum, menggunakan produk-produk ramah lingkungan, serta berbagai kegiatan dan penggunaan barang-barang yang bisa memperbaiki lingkungan dan perubahan iklim.
Mungkin dengan begitu, kita bisa membantu anak cucu kita dalam menjaga bumi sebagai tempat tinggal yang nyaman dan aman pada masa mendatang. Setidaknya, bisa membantu meredamkan amarah Greta Thunberg terhadap para pemimpin negara-negara industri di dunia, yang hingga kini tidak mampu menurunkan 1,5 derajat Celsius suhu di muka bumi, tempat tinggal kita.***