Mohon tunggu...
Puan
Puan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

berlabuh bersama dengan pikiran di atas tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Senja Bersama Nenek: Nyamuk

11 April 2024   14:15 Diperbarui: 11 April 2024   14:17 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sama seperti hari-hari biasanya, aku dan Nenek kembali duduk di depan rumah sembari memandang hamparan sawah yang luas. Wedang ronde yang Nenek buat terlihat masih mengepulkan asap tipis yang meliuk-liuk di udara. Sembari menunggu wedang ronde itu hangat, Nenek membakar obat nyamuk di ujung rumah. Ia terlihat geram dan menepuk tangannya yang gatal. Melihat hal itu membuatku tertawa lucu, pasalnya nyamuk-nyamuk itu berhasil lolos dari tepukkan Nenek yang sembari tadi mengeluh degan rasa gatal gigitan nyamuk-nyamuk itu.

"Sudahlah Nek, biarkan saja nyamuk-nyamuknya pergi. Nanti kalau Ibu dari nyamuk-nyamuk itu marah lalu menyerbu rumah kita kan bahaya, bisa habis sekujur badan kita gatal-gatal." Ucapku sembari tersenyum.

"Iyo Ndok, tapi gatel banget kepiye yo..(gimana ya)" Nenek membalas saranku sembari duduk mengoles minyak penyembuh rasa gatal itu di tangannya.

"Iya sih Nek, memang digigit nyamuk itu gatal sekali. Apalagi suara mereka berisik sekali! Aku paling sebal Nek kalau mereka mendekati kupingku, risih banget rasanya." Ucapku sambil bersungut-sungut.

"Kamu mau tahu tidak kenapa mereka begitu?" 

"Memangnya kenapa Nek? Apa ada 'sejarah' nya kenapa mereka berisik?"

"Oh ya jelas.. " Nenek berhenti sejenak sembari menyeruput wedang ronde nya yang sudah hangat.

"Jadi begini, dahulu kala nyamuk itu merupakan seorang putri yang sangat cantik dan kaya raya. Ia mempunyai saudari berhati buruk. Sungguh disayangkan perlakuan orang tua mereka sangat tidak adil bagi keduanya. Saat keduanya ulang tahun, putri itu mendapatkan hadiah anting yang cantik sementara saudarinya hanya mendapatkan sebuah kain. Setelah kejadian itu, sang putri semakin dikenal sebagai sosok yang sangat cantik di kerajaan. 

Bahkan, tak jarang keduanya sering dibanding-bandingkan rupa wajahnya. Rasa iri menyelimuti hati saudari sang putri. Ia pun berencana untuk mengambil kedua anting sang putri saat malam. Singkat cerita Ndok, saudarinya itu berhasil mengambil kedua anting milik putri. Namun, betapa terkejutnya ia melihat saudarinya berubah menjadi seekor hewan bermulut runcing. Suara tangisannya menggema kencang seisi ruangan. Ngingg.. Ngingg.. bunyinya." Ucap Nenek seraya mengikuti suara nyamuk-nyamuk itu.

"Lantas apa yang terjadi selanjutnya, Nek?"

"Setelah kejadian itu, saudari dari sang putri itu kabur ke hutan dan tak pernah kembali lagi ke istana, ia terlalu malu untuk kembali dan diliputi rasa bersalah yang luar biasa karena telah membuat saudarinya menjadi seekor mahluk kecil. Konon, kedua anting itu memiliki kekuatan ajaib. 

Kedua anting itu membuat pemiliknya menjadi semakin cantik. Oleh karena itu, saudari putri itu merasa iri dengan rupa cantik dari sang putri. Hingga saat ini, putri itu terus mencari-cari kedua anting miliknya di telinga orang lain. Makanya nyamuk itu berisik sekali di kuping kita karena sang putri selalu menangis mencari kedua anting kesayangannya, Ndok.. kasian ya.."

Aku tertegun mendengar cerita Nenek tentang seekor nyamuk itu. Sungguh kasian sekali putri itu, bertahun-tahun ia tak kunjung menemukan kedua anting miliknya. Apalagi ia harus berkeliling di telinga manusia hanya pada saat malam hari agar manusia tidak mengetahui keberadaanya. Atau, sang putri terlalu malu untuk menunjukkan rupa nya sebagai mahluk bertubuh mungil itu. 

Aku kembali memandangi sekumpulan nyamuk yang beterbangan kesana-kemari karena bau dari asap obat nyamuk itu. Aku merasa kasihan karena pasti tidak ada yang tau keberadaan anting-anting milik sang putri hingga sekarang. Semoga kedua anting milik putri itu segera ditemukan batinku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun