Sama seperti hari-hari biasanya, aku dan Nenek kembali duduk di depan rumah sembari memandang hamparan sawah yang luas. Wedang ronde yang Nenek buat terlihat masih mengepulkan asap tipis yang meliuk-liuk di udara. Sembari menunggu wedang ronde itu hangat, Nenek membakar obat nyamuk di ujung rumah. Ia terlihat geram dan menepuk tangannya yang gatal. Melihat hal itu membuatku tertawa lucu, pasalnya nyamuk-nyamuk itu berhasil lolos dari tepukkan Nenek yang sembari tadi mengeluh degan rasa gatal gigitan nyamuk-nyamuk itu.
"Sudahlah Nek, biarkan saja nyamuk-nyamuknya pergi. Nanti kalau Ibu dari nyamuk-nyamuk itu marah lalu menyerbu rumah kita kan bahaya, bisa habis sekujur badan kita gatal-gatal." Ucapku sembari tersenyum.
"Iyo Ndok, tapi gatel banget kepiye yo..(gimana ya)" Nenek membalas saranku sembari duduk mengoles minyak penyembuh rasa gatal itu di tangannya.
"Iya sih Nek, memang digigit nyamuk itu gatal sekali. Apalagi suara mereka berisik sekali! Aku paling sebal Nek kalau mereka mendekati kupingku, risih banget rasanya." Ucapku sambil bersungut-sungut.
"Kamu mau tahu tidak kenapa mereka begitu?"Â
"Memangnya kenapa Nek? Apa ada 'sejarah' nya kenapa mereka berisik?"
"Oh ya jelas.. " Nenek berhenti sejenak sembari menyeruput wedang ronde nya yang sudah hangat.
"Jadi begini, dahulu kala nyamuk itu merupakan seorang putri yang sangat cantik dan kaya raya. Ia mempunyai saudari berhati buruk. Sungguh disayangkan perlakuan orang tua mereka sangat tidak adil bagi keduanya. Saat keduanya ulang tahun, putri itu mendapatkan hadiah anting yang cantik sementara saudarinya hanya mendapatkan sebuah kain. Setelah kejadian itu, sang putri semakin dikenal sebagai sosok yang sangat cantik di kerajaan.Â
Bahkan, tak jarang keduanya sering dibanding-bandingkan rupa wajahnya. Rasa iri menyelimuti hati saudari sang putri. Ia pun berencana untuk mengambil kedua anting sang putri saat malam. Singkat cerita Ndok, saudarinya itu berhasil mengambil kedua anting milik putri. Namun, betapa terkejutnya ia melihat saudarinya berubah menjadi seekor hewan bermulut runcing. Suara tangisannya menggema kencang seisi ruangan. Ngingg.. Ngingg.. bunyinya." Ucap Nenek seraya mengikuti suara nyamuk-nyamuk itu.
"Lantas apa yang terjadi selanjutnya, Nek?"
"Setelah kejadian itu, saudari dari sang putri itu kabur ke hutan dan tak pernah kembali lagi ke istana, ia terlalu malu untuk kembali dan diliputi rasa bersalah yang luar biasa karena telah membuat saudarinya menjadi seekor mahluk kecil. Konon, kedua anting itu memiliki kekuatan ajaib.Â