Satu kelas menjadi hening dan senyap. Mereka merefleksikan diri masing-masing dalam kondisi yang cukup tenang. Tiba-tiba Owi memecah keheningan.
   "Kami sebenarnya udah capek. Tugas kita banyak, sts sebentar lagi, ditambah lagi ini stress tau ga. Kami Cuma pengen istirahat tapi si Melda maksa kami latihan makanya kami latihannya setengah hati." Ucap Owi dengan suara lembut.
   "Tapi, kalian kalo mau sesuatu ya ngomong, jangan diem aja! Kalo kalian Cuma diem ya mana Melda tau kalian mau apa." Ucap ku dengan nada cukup tinggi.
     Mereka kemudian meminta maaf kepada Melda atas perbuatan mereka dan suasana kelas yang tadinya hening tenang berubah menjadi damai dan tentram. Kami kemudian memutuskan untuk istirahat sejenak dan melanjutkan latihan seperti biasa. Akhirnya tibalah hari dimana kami pentas. Suasananya sangat meriah dan megah bagaikan penyambutan presiden. Dengan persiapan 4 bulan, kami berhasil mmentaskan pentas kami dengan sangat baik bahkan dianggap yang terbaik seangkatan. Proses kami menyiapkan pentas memang panjang dan terjal penuh darah, keringat, dan air mata tapi proses dibalik itu lah yang membuat kami bisa menampilkan yang terbaik percaya pada proses dan jangan menyerah.
"Tidak ada sesuatu yang berharga yang datang dengan cepat. Percayalah pada prosesnya."
- Napz Cherub Pellazo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H