Walaupun dipikir-pikir secara rasional tidak logis, paling tidak kita jadi lebih menerima dengan ikhlas apa yang terjadi. Â
Dengan begitu, kita tetap bisa hidup tenang di tengah-tengah hiruk-pikuk kehidupan yang semakin masif menggerogoti hari-hari kita. Menerapkan ‘Amor fati’ dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu bentuk menyayangi diri sendiri dan cara untuk menjaga kewarasan. Mental pun dapat terbentuk menjadi lebih tangguh.
Walaupun terlihat mudah, akan tetapi tidak semua orang bisa menerapkan ‘Amor fati’ ini. Tentunya, untuk bisa menerima hal-hal yang tidak menyenangkan kita membutuhkan waktu agar bisa berlapang dada atas apa yang telah terjadi.Â
Hal yang ingin ditekankan dari ‘Amor fati’ ini adalah tentang cara pandang bahwa apapun yang terjadi memang seperti memiliki keterikatan dan keteraturan dengan alam semesta. Yang sudah terjadi, maka terjadilah. Tinggal bagaimana cara kita meresponnya. Sejatinya, akan ada banyak pembelajaran berharga dari setiap peristiwa dan ‘Amor fati’ ingin menyadarkan kita akan hal tersebut.
Sumber Referensi:
1. Adams, Sony. 2019. Berdamai dengan Takdir. Yogyakarta: Psikologi Corner
2. Manampiring, Henry. 2018. Filosofi Teras. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H