Mohon tunggu...
Priyanto Sukandar
Priyanto Sukandar Mohon Tunggu... -

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

7 Days Reverse, Repo Bukan Obat Mujarab Turunkan Bunga Kredit

3 Mei 2016   14:18 Diperbarui: 3 Mei 2016   15:16 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi Logo BI

Desakkan kepada Presiden Jokowi untuk menurunkan tingkat suku bunga di Indonesia menjadi single digit semakin menguat. Pasalnya beberapa negara di Asia telah menurunkan tingkat suku bunga pinjamannya menjadi single digit.

Akibat tekanan tersebut, Presiden Jokowi memerintahkan jajaran menteri ekonomi dan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga pinjamannya menjadi single digit. Respon yang dilakukan oleh BI adalah dengan mengeluarkan acuan mengenai suku bunga dengan 7-day Reverse Repo Rate.

Apa sih sebenarnya 7-day Reverse Repo Rate dan apa bedanya dengan Suku Bunga Bank Indonesia (SBI)? Mari kita telaah satu persatu.

Selama ini ototitas moneter Indonesia menggunakan BI rate sebagai acuan untuk menetapkan suku bunga simpanan maupun pinjaman. Jika BI rate naik dari 6.50% menjadi 6.75%, maka bunga pinjaman simpanan di bank dan lembaga keuangan lainnya juga akan mengalami kenaikkan.

Yang perlu diingat adalah SBI yang dikeluarkan oleh BI memiliki tenor setahun. Artinya jika perbankan menaruh dananya di SBI untuk kurun waktu satu tahun, maka dana yang disimpan di SBI akan mangkrak selama setahun juga.

Sedangkan 7 Days Reverse Repo Rate adalah salah satu instrumen keuangan yang dimiliki oleh bank sentral untuk menyerap uang yang ada di masyarakat. Instrumen ini mirip dengan SBI, namun memiliki tenor hanya 7 hari saja.

Bank sentral optimis instrumen 7 Days Reverse Repo Rate mampu menekan tingkat suku bunga pinjaman. Optimisme bank sentral ini berdasarkan atas keberhhasilan 7 Days Reverse Repo Rate ini di beberapa negara eropa seperti di Jerman. Namun apakah 7 Days Reverse Repo Rate ini berhasil di Indonesia?

Menurut pelajaran ekonomi dasar menyebutkan, tingkat suku bunga akan dipengaruhi oleh supply and demand. Jika supply uang di pasar sedikit karena masuk ke SBI, maka demand akan mengalamim kenaikkan. Kenaikan ini tercermin di dalam tingginya tikat suku bunga di pasar.

Artinya jika pemerintah ingin menurunkan suku bunga di pasar, maka bank sentral harus menambah suplai uang di pasar. Salahsatu cara agar suplai uang di pasar banyak adalah dengan mengurangi outstanding uang yang diserap dalam SBI atau 7 Days Reverse Repo Rate. Bank Indonesia tak perlu menurunkan tingkat suku bunganya. Rata-rata jumlah uang yang disimpan di SBI mencapai Rp 300 hingga Rp 400 triliun.

Jika outstanding berkurang, maka uang yang biasa ditaruh bank di SBI atau 7 Days Reverse Repo Rate akan masuk ke dalam sistim keuangan. Dengan dana yang masuk ke dalam sistim keuangan makan suplai uang akan bertambah dan bisa membuat kredit pinjaman turun singel digit.

Ini seperti hukum supply and demand. Perbankan tak mungkin memegang uang nasabah dalam jangka waktu lama. Ini disebabkan adanya biaya dana yang harus dikeluarkan oleh perbankan. Dengan berkurangnya outstanding simpanan di SBI atau 7 Days Reverse Repo, membuat perbankan nasional dipaksa secara alami untuk menyalurkan kredit. Jika uang di pasar bertambah, dipercaya suku bunga akan mengalami penurunan.

Pengurangan outstanding simpanan perbankan di BI juga tak serta merta meningkatkan jumlah uang beredar (M1) di masyarakat. Memang selama ini jumlah uang beredar menjadi momok tersendiri bagi inflasi. Namun sampai saat ini jumlah uang yang beredar di masyarakt (M0) tak mengalami peningkatan. Jadi bank sentral jangan menetapkan penerapan moneter longgar atau ketat dari tinggi rendahnya suku bunga. Namun dilihat dari pertumbuhan uang beredar (M0) di masyarakat.

Dengan demikian pengurangan outstanding simpanan perbankan di SBI atau 7 Days Reverse Repo, membuat perbakan ‘disapih’ dan ‘dipaksa’ untuk menyalurkan kredit.

Semoga saja BI berani menurunkan outstanding simpanan agar tujuan pemerintah mendapatkan bunga murah bagi masyarakat dapat tercapai.

Sumber Gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun