Mohon tunggu...
Priyanto Sukandar
Priyanto Sukandar Mohon Tunggu... -

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Cukai Makanan Berkemasan Plastik Wujud Negara Sebagai ‘Preman’ Kepada Rakyatnya?

13 April 2016   10:30 Diperbarui: 13 April 2016   23:52 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Kementrian Keuangan menerapkan cukai bagi kemasan yang menggunakan plastik, apakah itu wujud negara sebagai ‘preman’? Seperti diketahui bersama, tak semua makanan dan minuman bisa menggunakan kemasan selain plastik. Contohnya saja air minum dalam kemasan. Tak bisa digantikan dengan kemasan yang berbahan baku kertas.

Pun bisa dilakukan dengan menggunakan kertas, bukannya menimbulkan permasalahan baru? Kebijakan menggunakan kertas bisa dijadikan isu oleh LSM lingkungan. Telebih lagi Indonesia tengah diserang oleh isu lingkungan seperti penggundulan hutan.

Sebelum Kementrian Keuangan menerapkan cukai untuk makanan dan minuman yang menggunakan kemasan plastik, seharunya pemerintah membangun pusat pengolahan limbah plastik seperti yang telah dilakukan di berbagai negara maju.

Tak usah melihat negara-negara di Eropa yang telah ‘melek’ dengan isu liungkungan hidup. Tanpa jargon cukai bagi pelestarian lingkungan, Taiwan, telah memiliki pusat pengolahan dan daur ulang limbah plastik.

Seharunya Kementrian Keuangan tak perlu menerapkan cukai bagi makanan minuman yang menggunakan kemasan plastik. Selain tak jelas arahnya, kebijakan tersebut sangat berpotensi mengurangi pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab saat ini pertumbuhan ekonomi nasional masih disumbang oleh konsumsi khususnya sektor makanan dan minuman.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun