Mohon tunggu...
Rilo PambudiS
Rilo PambudiS Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Maritim Raja Ali Haji, Kepulauan Riau. Pengelana yang haus kesuksesan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mensyukuri Nikmat Hujan

12 September 2019   23:29 Diperbarui: 14 September 2019   15:12 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asap kebakaran yang menyelimuti Pekanbaru telah menjangkau Pulau Burung. Sumber: riau1.com

Tapi bayangkan kalau sumber-sumber air itu tak bertransformasi menjadi hujan? Bangun pagi harus ke rawa, itupun kalau tak ada buaya. Mau minum harus plesiran ke Danau Toba ternyata nggak cukup dana. Sulit bukan?

Mandi, memasak, mencuci, menyiram tanaman, hingga memadamkan kebakaran adalah wujud pemanfaatan air hujan. Tak perlu itu, hal yang sederhana pun terkadang terjadi akibat adanya hujan. "Guys hujan-hujan gini, enaknya makan bakso nih." Pernah dengar atau mengucapkan? Begitulah nikmatnya hujan. Disadari atau tidak, kehadirannya sering dirindukan.

Namun sayang, meskipun banyak arti bagi kehidupan, air hujan masih jarang digunakan. Hasil lokadata Beritagar.id menyebutkan pada tahun 2016 hanya 2,4% rumah tangga di Indonesia yang menggunakan air hujan untuk minum sehari-hari. Anehnya, persentase itupun menurun grafiknya dibandingkan tahun 2006. 

Sumber: Beritagar.id
Sumber: Beritagar.id

Tidak hanya itu, sebanyak 56% populasi Indonesia yang mendiami Pulau Jawa, cuma 0-10% yang menggunakan air hujan untuk minum. Menjadi ironi, padahal Bappenas RI dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJM 2019 memproyeksikan ketersediaan air di Jawa akan mencapai kelangkaan absolut pada tahun 2040. Artinya, daya dukung air tak lagi dapat memenuhi jumlah kebutuhan masyarakatnya.

Sumber: Bappenas RI
Sumber: Bappenas RI

Saat ini saja sudah banyak masalah yang ditimbulkan akibat kelangkaan air di pulau tersebut. Bagaiman tidak? Ketersediaan air di Pulau Jawa hanya 1.200 meter kubik per kapita untuk setiap tahun. Di waktu yang sama, kebutuhan air mencapai 1.600 meter kubik per kapita. Artinya, tiap tahun pun sudah mengalami defisit ketersediaan air. Alhasil, gagal panen hingga kesulitan menemukan air untuk penghidupan adalah efek samping tahunan yang sering muncul dalam berita. 

Sumber: Bappenas RI
Sumber: Bappenas RI

Serba-serbi Tanah Gambut dan Airnya

Terlahir di Pulau Burung-wilayah Indragiri Hilir yang berbatasan dengan Pelalawan dan Kepulauan Riau-yang mayoritas dipenuhi oleh lahan gambut memang senang-senang susah. Senangnya karena tanah ini terkenal subur. 

Saking suburnya, biji-biji tanaman dilemparkan pun bisa tumbuh dengan baik. Setidaknya sudah banyak buah-buahan yang tumbuh sendiri di halaman rumah saya. Bahkan beberapa sudah bisa dinikmati hasilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun