Atau karena MTEL dan TLKM adalah bagian dari BUMN, mungkin tidak ada maksud om Eric untuk saving pajak. Bagi om ERIK sama saja, karena laba pada akhirnya dikumpulkan ke TLKM konsolidasi (gabungan TLKM dan MTEL) yang kemudian dibayarkan kepada negara dalam bentuk dividend.
Untuk kasus pada emiten HAIS dan MTEL, dalam bahasa marketing, bahwa market milik HAIS dan MTEL adalah "captive market", alias ibarat orang yang punya ladang yang siap panen. Jadi tinggal dipetik saja buahnya.
Apakah itu akan menyebabkan ketergantungan bisnis yang tidak sehat kepada HAIS dan MTEL? Jawabnya masih tergantung kepada kemampuan MTEL dan HAIS sendiri, jika resources milik HAIS dan MTEL masih terbatas, maka penjualan memang harus difokuskan untuk melayani pihak berelasi.Â
Jika memiliki kelebihan resourches, tanpa kita kasih tau kepada mereka, para management juga sudah paham, jika terjadi kelebihan resouches maka di utilisasi dengan memberikan service / penjulan kepada pihak ketiga.
Bagaimana kita menganalisa ketersediaan resourches tersebut? Kalau hanya bersumber pada laporan keuangan, maka tidak dapat disimpulkan bahwa emiten sedang kelebihan resourches atau tidak.Â
Tetapi menurut opini saya " jangan ajari ikan berenang", dan "mencari untung sebesar-besarnya sudah menjadi naluri bisnis setiap orang (termasuk management)", jadi kita baca saja bottom line-nya selama net profit bertumbuh, atau sebanding dengan emiten lainnya, ya sudah percaya dan nikmati saja.
Demikian semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H