CFO = cash profit + mutasi modal kerja.
Sehingga dengan menggunakan formula "indirect methods", jika jumlah CFO lebih besar dari pada jumlah cash profit, maka secara otomatis nilai mutasi modal kerja = postif.Â
Adapun nilai mutasi modal kerja = positif, yaitu jika jumlah piutang dagang turun, atau jumlah persediaan turun, atau jumlah utang dagang naik.
Oleh karena itu, dapat dipastikan tidak ada laba tahun berjalan 2021, yang digunakan untuk modal kerja. Â Bahkan kalau emiten ini ingin memanfaatkan penurunan modal kerja sebesar Rp. 709,6 miliar, untuk digunakan membayar dividend, hingga DPR > 100%, maka secara teoritis emiten ini sanggup.
Kesimpulan
Ini adalah emiten yang IPO-nya sukses seluruh saham IPO laku terjual.
Emiten ini, CFO-nya ganteng, sebab CFO aktual yang telah dikoreksi sebesar Rp. 4,54 triliun lebih besar dari CFO teoritisnya (Rp. 3,83 triliun).
Emiten ini modal kerjanya cantiq, meskipun sedang mengalami kenaikan penjualan, tetapi tidak memicu kenaikan modal kerja, bahkan sebaliknya, emiten ini semakin effisien, sehingga jumlah modal kerja lebih kecil daripada tahun sebelumnya sebanyak Rp. 709,6 miliar.
Kenaikan laba tahun 2021 sebesar 129% adalah kenaikan laba yang berkualitas, sebab seluruh laba telah masuk kantong kas emiten, sehingga laba tersebut tidak tertahan ditangan pelanggan (sebagai piutang), atau masih tertahan dalam persediaan. Â Dengan demikian tidak ada bagian laba tahun 2021 yang digunakan untuk menambal kebutuhan modal kerja.
Demikian semoga yang punya MTEL dapat tidur nyenyak dengan kinerja emiten tahun 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H