W : "Dia bisa begitu karena homo ya, Dok?"
D : "Hetero juga bisa demikian."
W : "Jadi sebenarnya homo itu memang suka kejam ya, Dok!"
D : "Kamu ini membuat asumsi sendiri saja deh. Lihat faktanya aja, ada laki-laki memperkosa laki-laki sampai ratusan. Dia akhirnya tertangkap dan mendapatkan hukuman sesuai dengann apa yang dia lakukan. Jangan tambah-tambahin yang lain!"
W : "Tapi dia bisa memperkosa begitu banyak laki-laki karena dia homo kan, Dok?"
D : "Nah ini juga bikin asumsi sendiri lagi. Dia melakukan itu karena dia orang yang jahat, kebetulan aja orientasi dia homoseksual. Sama aja ada heteroseksual memperkosa anaknya sendiri, sama-sama jahat!"
Saya memahami berita terkait homoseksual yang melakukan perbuatan jahat pasti akan lebih menarik daripada yang heteroseksual melakukan perbuatan jahat. Apalagi di Indonesia bahan berita berkaitan LGBT sering kali menjadi santapan seru untuk diskusi di kalangan netizen.Â
Ingat beberapa waktu lalu admin sebuah partai besar menuliskan tentang LGBT di halaman Twitter-nya dan menjadi bahan diskusi hangat.Â
Sensasi yang dibuat oleh berita terkait LGBT memang sering menjadi bahan yang tidak ada habisnya, lebih sering pula menjadi musuh bersama daripada radikalisme.Â
Tapi saya suka cara media asing menuliskan berita ini dicuplikan koran-koran online dan media cetak mereka. Mereka fokus pada fakta. Ada laki-laki, melakukan perbuatan jahat, ditangkap dan dihukum.
Saya lihat beritanya tidak menekankan pada orientasi seksual dia, atau headline-nya juga tidak fokus pada dari warga negara mana aslinya dia. Berita fokus pada perbuatan jahatnya dan hukuman yang dia terima.Â