Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pendekatan Psikiatrik Kasus Nyeri

12 Desember 2015   06:19 Diperbarui: 12 Desember 2015   11:52 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA), Jakarta

Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera,Serpong, Banten

Definisi nyeri yang diberikan oleh International Association for the Study of Pain telah memberikan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana nyeri dipandang dalam praktek sehari-hari. Definisi nyeri yang dikemukakan oleh IASP adalah "an unpleasant sensation and an emotional experience associated with a real or potential damage to tissue, or the equivalent of such damage". Dalam definisi ini nyeri tidak selalu digambarkan sebagai suatu masalah yang bersifat fisik yang ditandai dengan adanya kerusakan jaringan tetapi juga secara psikologis yang berkaitan dengan faktor emosional. Definisi ini juga memberikan gambaran bahwa nyeri juga dikaitkan dengan sesuatu yang setara dengan adanya kerusakan jaringan. IASP dalam hal ini lebih menekankan aspek penderitaan dari nyeri yang merupakan suatu perasaan yang tidak nyaman. (Marazitti et al, 2006)

Dokter dalam praktek sehari-hari mengenal istilah nyeri nosiseptif, nyeri neuropatik dan nyeri non-neuropatik non-inflamasi. Untuk kategori yang terakhir, nyeri psikogenik adalah yang sering dihubungkan dengan hal ini. Nyeri psikogenik adalah gangguan nyeri yang dihubungkan dengan faktor psikologis (WebMD, 2015). Istilah ini sebenarnya bukan termasuk dalam diagnosis klinis yang baku. Kondisi nyeri psikogenik digunakan untuk menggambarkan gangguan nyeri yang berhubungan dengan faktor-faktor psikologis. Nyeri dapat dipengaruhi oleh kepercayaan yang salah, ketakutan dan perasaan atau emosi yang kuat. Kondisi tersebut dapat menyebabkan, meningkatkan dan memperparah nyeri (Cleveland Clinic,2013). Istilah nyeri psikogenik biasanya dikaitkan dengan masalah psikologis. Gangguan cemas dan gangguan depresi sering dihubungkan dengan nyeri psikogenik.

Diagnosis Terkait Nyeri dalam Ilmu Psikiatri

Diagnosis Nyeri dalam manual diagnostik gangguan jiwa mulai muncul di DSM II yang dimasukkan ke dalam kategori gangguan psikofisiologis. Istilah Nyeri Psikogenik mulai muncul dalam DSM III dan DSM III-R. Istilah ini kemudian diganti dengan istilah yang lebih luas yaitu Gangguan Nyeri (Pain Disoder) di dalam DSM IV dan DSM IV-TR.  

Dalam diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ 3 terdapat diagnosis gangguan nyeri sebagai bagian dari gangguan somatoform yaitu  F. 45.4 . GANGGUAN NYERI YANG MENETAP.

Beberapa kriteria yang termasuk dalam gejala diagnosis Gangguan Nyeri menurut PPDGJ 3 :                                          

  1. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis
  2. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
  3. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
  4. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
  5. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

Sementara dalam kriteria diagnostik menurut DSM 5 yang baru dikeluarkan di tahun 2013 yang lalu, diagnosis gangguan somatoform sudah tidak ada lagi dan diganti dengan diagnosis Somatic Symptoms Disorder and Its Related Disorder. Gangguan nyeri yang dulu termasuk dalam gangguan somatoform juga mengalami perubahan. Jika dulu gangguan nyeri di dalam DSM-IV-TR dibagi menjadi gangguan nyeri karena kondisi medis umum, gangguan nyeri karena faktor psikologis dan gangguan nyeri akibat keduanya, maka di dalam DSM 5 Gangguan nyeri dimasukkan ke dalam kriterian Somatic Symptoms Disorder dengan predominan nyeri. 

Walaupun demikian perlu diingat dalam banyak kriteria diagnosis gangguan jiwa, nyeri sebagai salah satu gejala sangat sering diungkapkan pasien terutama pasien yang mengalami gangguan depresi dan gangguan cemas. Sehingga nyeri yang dikatakan sebagai nyeri psikogenik atau nyeri yang dikaitkan dengan faktor-faktor psikologis memiliki arti yang cukup luas di bidang psikiatri apalagi dengan kenyataan sekarang bahwa hampir semua masalah terkait nyeri berkaitan dengan faktor psikologis.

Penyebab Nyeri Psikogenik

Beberapa ahli akhirnya menerangkan ada 3 teori yang berkaitan dengan penyebab nyeri psikogenik

Teori 1 : Faktor Psikologis yang menyebabkan Nyeri Psikogenik. Dalam teori ini gangguan nyeri psikogenik dikaitkan atau disebabkan dengan gangguan cemas, gangguan bipolar, gangguan depresi, perilaku obsesif kompulsif dan serangan panik.

Teori 2 : Nyeri psikogenik disebabkan karena luka sebelumnya yang tidak sepenuhnya sembuh. Dalam teori ini faktor emosional berasal dari nyeri tersebut dan akan terus meningkat jika penyebab fisik dari nyeri yang di alami tidak disembuhkan.

Teori 3 : Nyeri psikogenik adalah nyeri yang dirasakan lebih berat oleh pasien daripada situasi nyeri yang sebenarnya. Teori ini mengatakan masalah psikologis membuat keluhan nyeri pasien menjadi lebih intens, berlebihan dibandingkan dengan yang seharusnya dirasakan oleh masalah fisik atau trauma yang menyebabkan nyeri tersebut. Gangguan mental memegang peranan penting dalam persepsi nyeri pasien dalam masalah nyerinya.

Gejala Nyeri Psikogenik

Gangguan nyeri psikogenik yang kronik menghasilkan berbagai gejala. Nyeri yang dirasakan dapat ringan atau berat serta bisa nyeri tumpul atau tajam dirasakan. Secara umum nyeri psikogenik menyebabkan keluha-keluhan sebagai berikut :

  1. Rasa tidak nyaman yang konstan walaupun dengan pengobatan
  2. Kesulitan menjelaskan lokasi, kualitas dan dalamnya nyeri
  3. Lokasinya tidak jelas atau berpindah
  4. Nyeri biasanya mencakup bagian lebih besar dari tubuh
  5. Lebih beratnya gejala tidak berhubungan dengan kondisi medis yang mendasarinya

Jika gejala-gejala tersebut di atas terjadi dan tidak berhubungan dengan adanya gangguan medis kronis dan penyebab fisik yang mendasari, pasien sekiranya mengalami nyeri psikogenik. Beberapa praktisi sebelum mendiagnosis nyeri yang berhubungan dengan nyeri psikogenik biasanya tetap melakukan serangkaian tes untuk menyingkirkan adanya kemungkinan nyeri tersebut didasari oleh masaah fisik medis.

Terapi Nyeri Psikogenik

Terapi pada pasien nyeri psikogenik sebaiknya melalui pendekatan tim nyeri yang biasanya terdiri dari para ahli di bidang nyeri dan psikiater. Perlu dipikirkan untuk fokus pada diagnosis dasar yang menyebabkan nyeri psikogenik pada pasien tersebut. Untuk itu psikiater mempunyai peraan penting baik alam diagnosis dan tata laksana kasus-kasus nyeri psikogenik. Karena kasus nyeri psikogenik sangat berhubungan dengan masalah kejiwaan, maka suatu pendekatan terapi psikiatrik yang menyeluruh perlu dilakukan. Selain itu juga tentu tidak melupakan riwayat gangguan fisik dan kalau ada riwayat gangguan psikiatrik pada pasien dan keluarganya.

Gangguan jiwa yang mendasari harus diterapi dengan baik agar masalah nyeri psikogenik yang berkaitan bisa diatasi dengan baik. Dokter perlu mengingat bahwa pengobatan gangguan kejiwaan biasanya berlangsung lama. Tata laksana yang tidak baik dapat membuat masalah pasien dengan penyalahgunaan zat termasuk obat penghilang rasa sakit yang berlebihan.

Salam Sehat Jiwa 

Referensi :

Donatella Marazziti, Francesco Mungai, Laura Vivarelli, Silvio Presta and Bernardo Dell'Osso. Pain and psychiatry: a critical analysis and pharmacological review.. Clinical Practice and Epidemiology in Mental Health 2006, 2:31

Psychogenic pain. Diunduh dari PSYCHIATRIC DISORDERS AND MENTAL HEALTH ISSUES. http://psychiatric-disorders.com diunduh 20 Agustus 2015.

Somnath Sengupta, Deepak Kumar. Pain and Emotion: Relationship Revisited. German Journl of Psychiatry. http://www.gjpsy.uni-goettingen.de · ISSN 1433-1055

Somatic symptoms disorder : fact sheet. American Psyhiatric Association

Steven A. King.DSM V and Pain. diunduh dari http://www.psychiatrictimes.com/articles/dsmvandpain tanggal 20 Agustus 2015

 

Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Twitter : @mbahndi)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun