Tiga penelitian untuk hal yang sama dari Williams tahun 1998 dengan jumlah responden 1386, Stanghellini tahun 1996 dengan jumlah responden 1057 dan Heikkinen tahun 1996 dengan jumlah responden 706, menyatakan kasus dengan keluhan dispepsia lebih dari 30% ditemukan pada kasus-kasus dispepsia fungsional daripada GERD dan Ulkus lambung.
Gejala dispepsia yang paling sering dikeluhkan adalah rasa begah setelah makan, cepat kenyang, nyeri epigastrium/ulu hati dan rasa terbakar di epigastrium.
Secara statistik lebih jauh lagi berkaitan dengan dispepsia fungsional adalah prevalensi gangguan dispesia fungsional pada orang dewasa dari berbagai penelitian terbaru berkisar antara 5%-25%. Sayangnya pasien yang mengalami gangguan dispepsia fungsional hanya sekitar 25% yang berobat.
Rata-rata kunjungan ke pelayanan primer pasien dispepsia fungsional adalah sekitar 4-5% dari populasi pasien yang berobat. Kasus dispepsia fungsional cukup erat kaitannya dengan masalah psikosomatik yang bisa dialami pasien baik sebagai salah satu tanda gejala gangguan cemas atau karena efek psikologis dari mengalami masalah dispepsia yang panjang.
Sisi Psikologis Masalah Lambung
Masalah psikologis terkait masalah lambung tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis yang mempersarafi lambung.
Secara embriologi otak dan lambung berhubungan erat satu sama lain. Hal ini tidak mengherankan karena sistem saraf enterik yang mensarafi lambung secara embriologi berasal dari bagian kepala saraf yang sama yang berhubungan langsung di otak.
Walaupun dalam perkembangan awalnya otak dan lambung arahnya berpisah tapi ada jalur yang tetap mempertahankan hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya.
Tidak heran sistem saraf enterik ini sering disebut sebagai otak kecil. Salah satu hubungan antara lambung dan otak yang erat tergambar dalam gangguan saluran cerna fungsional.
Keluhan lambung pada pasien juga biasanya dikaitkan dengan proses motilitas atau pergerakan lambung saat ada atau tidak ada makanan serta sensitifitas lambung. Kategori Rome II sebelumnya bahkan mengatakan bahwa tipe untuk gangguan lambung fungsional dikaitkan dengan gambaran gejala seperti nyeri ulu hati dan kembung.
Model pendekatan biopsikososial yang disarankan pada kasus lambung fungsional ini juga berkaitan dengan daya adaptasi pasien, faktor genetik bawaan, faktor lingkungan dan stres yang dihadapi pasien. Sehingga penanganan kasus-kasus lambung fungsional apalagi yang kronis memerlukan juga pendekatan psikologis untuk mengatasinya.