“Dari GBI atau GPIB, “ tanya saya serasa sok tahu.
“Bukan, kami bukan dari gereja-gereja itu, “ tetap kata yang duduk di sofa.Â
Mendengar jawabannya, saya justru menawari untuk minum. “Bentar, saya buatkan teh apa kopi. Ini saya minum teh, “
“Ya terima kasih, tidak usah, “ masih kata yang duduk di sofa sambil menggerakkan tangan. Saya pun menghentikan niat saya membuatkan minuman itu. “Begini pak, kami dari Saksi Yehuwa, “ tetap kata yang masih duduk di sofa.
“Ya terus…, “ kata saya.
“Kami datang tidak bermaksud melakukan Kristenisasi, “ ucap yang duduk di sofa lagi.
“Bentar, kalau boleh tahu nama bapak, “ sahut saya sambil menggerakkan tangan ke arah masing-masing.
“Saya Hendri, “ jawab yang duduk di sofa. Saya pun tidak bertanya Hendry atau Hendri. “Ini…, “ kata Hendri dengan menunjuk arah yang duduk di kursi kayu.
“Saya Arjento, “ jawab yang duduk di kursi kayu.  “Karena saya kelahiran tahun 63, nama saya biasa ditulis Ardjento, “ lanjutnya.
“Bentar, tadi bilang tidak melakukan Kristenisasai. Apa maksudnya? Dan berarti ada dong Kristenisasi, karena istilah itu disebut orang Kristen sendiri, “
“Begini, tidak begitu. Kami hanya menyampaikan kebenaran. Kita tidak ada agama mie, agama beras, seperti selama ini yang terjadi, “ ucap Hendri.