“Pernah om, SD, “
“Kamu kalau jualan, di depan rumah sini banyak motor. Berhenti saja, masuk terus naik. Tawarkan bakwanmu ke om-om yang ada di sini, “ saran saya, basa-basi tapi sungguh-sungguh.
“Ya om, “ jawabnya. “ kalau sekarang om, “
“Sekarang masih sepi, pada kuliah dan kerja, “
Setelah saya menikmati bakwan, Baliyem saya sarankan mengambil air di kitchen set. Saya melihat mangkok yang di dalam timba, tempat cucian berjualan, belum tercuci. Â Mangkok-mangkok yang masih kotor, saya minta untuk dicuci sekalian di dapur tempat saya tinggal bersama kawan-kawan.
Lalu Baliyem pun pergi, sambil mengucapkan terima kasih. Keharuan dan amarah pada penguasa hingga kini masih menghinggap dalam diri saya. (*)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H