Mentalitas ini kemudian turut berandil dalam setiap keputusan yang diambil oleh masyarakat, termasuk halnya dengan keputusan dalam hubungan rumah tangga.
Sehingga ketika seorang individu bertemu dengan keadaan yang dirasa menghambat kepentingan pribadinya ---dalam hal ini kebahagiaan--- ia akan mengambil keputusan apapun yang akan menguntungkannya. Bahkan perceraian sekalipun.
Pada kedua film yang saya pilih, individualisme para tokoh membuat hubungan rumah tangganya harus berakhir. Alih-alih berusaha untuk memperbaiki apa yang salah dalam hubungan, para tokoh menyerah dan mencari kebahagiaan di tempat lain.
Bagi masyarakat Amerika Serikat, hal tersebut mungkin dirasa wajar. Namun, bagi kelompok masyarakat lainnya, perceraian dapat dianggap sebagai hal tabu yang bertentangan dengan paham yang mereka percaya.
Bukan berarti salah satu pihak salah dan yang lainnya benar, namun ini menegaskan bahwa setiap kelompok masyarakat hidup dengan kebiasaan dan budaya tertentu.
Maka menjadi sangat wajar jika sewaktu-waktu kita berelasi dengan seseorang yang memiliki pandangan berbeda akan segala sesuatunya.
Hal terpenting adalah bagaimana cara kita berkompromi atas perbedaan, bukan menghindar dari siapapun yang berbeda dengan kita.
Selamat menemukan perbedaan!
Daftar Pustaka
Putri, Oktavia Pratomo. (2011, Desember). The American Individualism Reflected In Chris Gardner A Character In The Pursuit Of Happiness Movie. Undergraduate Thesis University of Diponegoro, (24-27). 11 Desember, 2020. http://eprints.undip.ac.id/33614/2/THE_AMERICAN_INDIVIDUALISM_REFLECTED.pdf
Bennett, Tonny. 1982. Media, Reality, Signification. Dalam Michael Gurevitch, Tonny Bennett, dan James Wollacott (ed.). Culture, Society and the Media. London: Methuen.
Hofstede, Geert, 1980, Culure's Consequences, International Differences In Work Related Values, Sage Publications, Beverly Hills, London