Masyarakat awam, komunitas-komunitas pemerhati kesetaraan gender, bahkan Pemerintah pun dibebani fenomena yang sudah menjadi masalah umum ini selama bertahun-tahun.
Berbagai pendekatan moral, agama, dan pendidikan dengan gencar diluncurkan untuk mengantisipasi fenomena tersebut.
Karena itu, menarik bagi kita untuk dapat mengamati film 27 Steps of May melalui paradigma fenomenologi.
Paradigma fenomenologi adalah sebuah cara pandang yang dimiliki manusia untuk mencerna suatu fenomena berdasarkan pengalamannya.
Movieholic yang menyaksikan film tersebut akan tahu bagaimana sutradara Ravi Bharwani menggambarkan proses penerimaan diri yang dilakukan oleh May sebagai tokoh utama.Â
Penonton diajak merasakan luka batin yang susah payah disembuhkan, penghargaan diri yang mati-matian dibangun kembali.
Karena itu, tidak heran ketika Movieholic mengetahui bahwa film ini sukses mendapatkan perhatian dan validasi dari kritikus maupun penikmat seni internasional.
27 Steps of May berhasil membuat para penontonnya menemukan keterkaitan isu kekerasan seksual dengan dirinya, terutama bagi para perempuan.Â
Melalui 27 Steps of May kita diajarkan untuk memahami luka seseorang sebelum menghakiminya.
Serta, terlebih dari itu semua, memahami dan ikut berperan nyata dalam mencegah adanya korban-korban kekerasan seksual lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H