Perkembangan teknologi berjalan seiring dengan pengetahuan umat manusia. Hingga pada saat ini, perkembangan teknologi telah memungkinkan adanya peralihan teknologi dari yang semula bersifat konvensional menjadi berbasis digital. Salah satu diantaranya adalah digital writing yang menjadi aspek penting di era digital ini.
Salah satu aspek yang turut mengalami perubahan akibat adanya digitalisasi adalah kegiatan menulis. Hingga kini, menulis masih menjadi sebuah alat yang esensial untuk melakukan proses pembelajaran maupun untuk menunjukkan keaktifan seseorang dalam partisipasi social. Pentingnya kemampuan menulis secara langsung menyisipkan bahwa para pengajar ataupun institusi dalam mengajarkan kemampuan menulis juga memiliki peran yang penting. Peran tersebut tidak dapat digantikan dengan mesin computer dan akses informasi yang disediakannya karena seorang penulis harus mempelajari cara memahami kompleksitas komunikasi yang terjadi di masa kini untuk memproduksi tulisan yang berkualitas.
Lalu apa yang dimaksud dengan digital writing?
Digital writing memiliki makna lebih dari sekedar menulis menggunakan komputer. Secara sederhana, digital writing atau tulisan digital dapat dipahami sebagai komposisi yang dibuat, dibaca, atau dilihat di komputer atau perangkat lain yang tersambung ke Internet.
Dalam buku Because Digital Writing Matters (2010), terdapat beberapa definisi dari para pelaku digital writing mengenai apa yang dimaksud dengan digital writing. Definisi paling sederhana muncul dari JodiAnn Stevenson yang menjelaskan bahwa digital writing merupakan segala bentuk tulisan yang membutuhkan computer untuk diakses. Definisi lainnya berasal dari Catherine Byron yang memaknai digital writing sebagai suatu penulisan kreatif yang menggunakan alat atau perangkat digital sebagai bagian integral dari konsepsi dan penyampaiannya.
Mengapa digital writing penting?
Dalam buku Because Digital Writing Matters (2010) disebutkan bahwa literasi media baru membutuhkan budaya partisipasi yang tinggi. Budaya partisipasi yang semula adalah mengenai bentuk ekspresi seorang individu melalui tulisan telah berganti focus menjadi bentuk keterlibatan komunitas.
Kegiatan menulis selalu ada dalam berbagai aktivitas manusia. Kita menulis setiap waktu, baik itu berupa catatan materi perkuliahan, pesan singkat yang dikirim menggunakan handphone, ataupun membuat tugas sekolah. Kecanggihan teknologi komputer mungkin memudahkan memungkinkan penulis untuk dapat terlibat dalam karya tulisnya dengan cara berbeda yang lebih mudah dan lebih baik daripada menulis secara konvensional. Penulis mendapat kemudahan seperti menyimpan draf tulisan, menyalin materi, dan memindahkan teks dalam dokumen. Namun, kecanggihan tersebut juga membuat penulis dihadapkan dengan ruang menulis yang lebih kompleks, serta beragam pilihan baru untuk menulis karyanya.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa membuat sebuah tulisan sudah pasti membutuhkan kerja keras dari sang penulis. Dalam proses menulis, penulis dapat melakukan kolaborasi karya dengan menulis ide-ide ataupun feedback yang didapatkan dari orang lain selama proses penulisan karya. Dalam ruang digital, kolaborasi tersebut dapat terjadi melalui e-mail, pesan instan, ataupun melalui ruang diskusi khusus.
Generasi muda saat ini tergolong ke dalam kategori "digital natives" sedangkan orang dewasa yang mempelajari teknologi digital disebut sebagai “digital immigrants” yang mana seperti namanya, berusaha untuk mempertahankan cara-cara konvensional untuk melihat realitas dunia yang ada saat ini. Pernyataan tersebut yang dikatakan oleh Prensky kemudian berguna dalam mendorong para pendidik untuk menilai pengaruh teknologi digital terhadap pendidikan.
Meskipun generasi pada saat ini memiliki kemudahan dalam mengakses alat teknologi hingga mendapatkan label sebagai “net generation” dan “digital generation” ataupun “digital natives”, namun hal tersebut tidak serta-merta menjadikan setiap generasi muda yang mempelajari cara membuat tulisan digital menjadi penulis yang berkemampuan menghasilkan tulisan yang efektif, maupun etis.
In addition to standards for the "What" of teaching, educators are also rethinking the "How" of teaching with technology so that meaningful learning results.
Punya Mishra dan Matthew Koehler mengatkan bahwa dibutuhkan pengetahuan yang kompleks untuk dapat melakukan pengajaran cara penulisan dengan efektif menggunakan teknologi. Mishra dan Koehler berpendapat bahwa guru harus mempertimbangkan berbagai faktor kontekstual ketika memilih bagaimana, kapan, dan mengapa harus menerapkan teknologi tertentu dalam pengajaran mereka dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan.
Sumber : DeVoss, D.N., Eidman-Aadahl, E., & Hicks. (2010). Because Digital Writing Matters: Improving student writing in online and multimedia environmentss. John Willey & Sons.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H