Pernah gak pas lihat orang terus yang terbesit di kepala gini "Masya Allah itu wajahnya kinclong amat ya, glowing nggak kayak wajahku" atau "dompetku kok nggak setebal dompet dia ya" atau bahkan "hidup dia kok lebih enak ya dibandingkan dengan hidup aku". Awas!! Seringnya hal begini  muncul pada diri itu brarti kamu sedang terjangkit insecure.
Insecure akan membuat seseorang merasa kecil n tak berharga bahkan sampe bikin takut mau berinteraksi sama org karna takut diejek ato khawatir apa ia akan diterima dilingkungannya ato malah dijauhi? Duh pokoknya mah pikiran negatif menghampiri mulu
Banyak milenial yg insecure karena melihat kesuksesan orang lain, kecantikan, kekayaan atau dengan kelebihan yang orang lain memiliki. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya postingan postingan di media sosial yang menunjukkan bahwa ia insecure dengan melihat orang lain yang kayak gini dan kayak gitu.
Sejatinya, naluri mempertahankan diri (ghorizah baqa) telah ada dalam diri manusia bersamaan dengan penciptaan manusia termasuk perasaan insecure, hanya saja, penyikapan manusia ketika mengalami insecure itulah yang perlu diatur sehingga tidak membahayakan manusia.
Kondisi lingkungan dan individu yang tidak Islami menjadikan masalah terkait insecure semakin runyam. Bahkan muncul solusi-solusi yang diharamkan dalam Islam untuk menyelesaikannya seperi melakukan operasi plastik, mengurung diri di rumah dan takut keluar rumah, selalu merasa kurang dengan apa yang ada dalam diri, dan lainnya. Sehingga semakin menjauhkan diri dari Allah SWT.
So, what should we do?
Tentunya sebagai seorang muslim, hal pertama yang harus kita lakukan adalah kembali kepada aqidah kita. Di dalam Islam untuk hal-hal yang berkaitan dengan Qada Allah seperti bentuk wajah, badan, warna kulit, maka kita diajarkan cara bersyukur jangan sampai insecure membuat kita kufur nikmat. Segala sesuatu yang Allah berikan pada ranah yang tidak dikuasai manusia (di luar kapasitas manusia) seperti fisik, lahir dari orang tua yang mana, dilahirkan dimana, dan lainnya tidak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah.
Justru Allah akan memintai pertanggung jawaban manusia apabila berusaha mengganti atau merubahnya, bahkan bisa bernilai dosa jika ternyata upayanya melanggar syariat.
Sikap manusia terhadap hal yang tidak kita kuasai adalah bersyukur, ikhlas dan rida dengan segala ketetapan Allah. Sehingga tidak merasa iri kepada orang lain dan berupaya menjadi sama dengan orang lain pada perkara fisik semata.
Kita harus yakin bahwa apapun yang diberikan Allah pada kita adalah yang terbaik bagi kita. Mengingat kembali bahwasanya tujuan hidup kita adalah beribadah kepada Allah, kebahagiaan seorang hamba adalah ketika mendapatkan Ridha Allah. Itulah mengapa kita harus semangat terus mempelajari Islam agar kita tidak terpengaruh oleh paham sekuler kapitalisme.Â
Mudah-mudahan dengan rutin mengikuti kajian Islam secara intensif pemahaman kita kian bertambah dan cara pandang kita menjadi terarah menggunakan sudut pandang Islam. Kalo membandingkan diri dengan orang lain dalam hal ibadah atau perbuatan baik n tujuannya untuk memperbaiki diri itu mah fine-fine aja atuh.