Mohon tunggu...
tiwichan_
tiwichan_ Mohon Tunggu... Guru - Seorang hamba Allah

Tenang, ada Allah :)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Berdamai dengan Insecure

16 Agustus 2021   20:48 Diperbarui: 16 Agustus 2021   21:04 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pernah gak pas lihat orang terus yang terbesit di kepala gini "Masya Allah itu wajahnya kinclong amat ya, glowing nggak kayak wajahku" atau "dompetku kok nggak setebal dompet dia ya" atau bahkan "hidup dia kok lebih enak ya dibandingkan dengan hidup aku". Awas!! Seringnya hal begini  muncul pada diri itu brarti kamu sedang terjangkit insecure.

Insecure akan membuat seseorang merasa kecil n tak berharga bahkan sampe bikin takut mau berinteraksi sama org karna takut diejek ato khawatir apa ia akan diterima dilingkungannya ato malah dijauhi? Duh pokoknya mah pikiran negatif menghampiri mulu

Banyak milenial yg insecure karena melihat kesuksesan orang lain, kecantikan, kekayaan atau dengan kelebihan yang orang lain memiliki. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya postingan postingan di media sosial yang menunjukkan bahwa ia insecure dengan melihat orang lain yang kayak gini dan kayak gitu.

Sejatinya, naluri mempertahankan diri (ghorizah baqa) telah ada dalam diri manusia bersamaan dengan penciptaan manusia termasuk perasaan insecure, hanya saja, penyikapan manusia ketika mengalami insecure itulah yang perlu diatur sehingga tidak membahayakan manusia.

Kondisi lingkungan dan individu yang tidak Islami menjadikan masalah terkait insecure semakin runyam. Bahkan muncul solusi-solusi yang diharamkan dalam Islam untuk menyelesaikannya seperi melakukan operasi plastik, mengurung diri di rumah dan takut keluar rumah, selalu merasa kurang dengan apa yang ada dalam diri, dan lainnya. Sehingga semakin menjauhkan diri dari Allah SWT.

So, what should we do?

Tentunya sebagai seorang muslim, hal pertama yang harus kita lakukan adalah kembali kepada aqidah kita. Di dalam Islam untuk hal-hal yang berkaitan dengan Qada Allah seperti bentuk wajah, badan, warna kulit, maka kita diajarkan cara bersyukur jangan sampai insecure membuat kita kufur nikmat. Segala sesuatu yang Allah berikan pada ranah yang tidak dikuasai manusia (di luar kapasitas manusia) seperti fisik, lahir dari orang tua yang mana, dilahirkan dimana, dan lainnya tidak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah.

Justru Allah akan memintai pertanggung jawaban manusia apabila berusaha mengganti atau merubahnya, bahkan bisa bernilai dosa jika ternyata upayanya melanggar syariat.

Sikap manusia terhadap hal yang tidak kita kuasai adalah bersyukur, ikhlas dan rida dengan segala ketetapan Allah. Sehingga tidak merasa iri kepada orang lain dan berupaya menjadi sama dengan orang lain pada perkara fisik semata.

Kita harus yakin bahwa apapun yang diberikan Allah pada kita adalah yang terbaik bagi kita. Mengingat kembali bahwasanya tujuan hidup kita adalah beribadah kepada Allah, kebahagiaan seorang hamba adalah ketika mendapatkan Ridha Allah. Itulah mengapa kita harus semangat terus mempelajari Islam agar kita tidak terpengaruh oleh paham sekuler kapitalisme. 

Mudah-mudahan dengan rutin mengikuti kajian Islam secara intensif pemahaman kita kian bertambah dan cara pandang kita menjadi terarah menggunakan sudut pandang Islam. Kalo membandingkan diri dengan orang lain dalam hal ibadah atau perbuatan baik n tujuannya untuk memperbaiki diri itu mah fine-fine aja atuh.

Kedua, negara juga perlu membentuk lingkungan Islami, sehingga antar masyarakat akan tersuasanakan Islami. Negara harus memberikan perlindungan berbasis aqidah yang bisa diakses oleh warga negara secara gratis. Hal ini dilakukan agar seluruh warga negara paham Islam dan menerapkan syariat Islam secara Kaffah. 

Selain itu negara juga akan mengontrol media agar tidak menyebarkan kebahagiaan palsu ala kapitalisme, media dalam Islam justru senantiasa memupuk suasana ketaqwaan dan juga mengajak pada perkara untuk beramar ma'ruf nahi mungkar.  Maka akan terjalin aktivitas saling beramar ma'ruf yakni saling mengingatkan di dalam ketakwaan kepada sesama warga sehingga terbangun suasana positif dan saling menghargai.

Adapun jika insecure dikarenakan dorongan ketakwaan maka akan menjadikan kita menjadi manusia yang lebih baik. Misalkan saja ketakutan kita jika dibenci oleh Allah jika kita melakukan kemaksiatan, ketakutan jika mendapatkan neraka Allah, khawatir jika dosa kita lebih banyak dari pada amal baik kita sehingga menjadikan kita semakin berlomba-lomba dalam ketakwaan, menyegerakan berbuat amal kebaikan dan istiqamah dalam kebenaran.

Sebaik-baik "Love Your Self" adalah menjaga diri dari api neraka.
Dan sebaik-baik "insecure" adalah merasa bodoh dalam urusan agama.#YukMoveOn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun