Tubuhku yang tadinya terasa hangat mendadak dingin sejadi-jadinya. Kakiku terasa beku seperti menginjak es balok.
Tetapi kepalaku terasa lain!
Kepalaku terasa panas serperti diguyur semangkuk kuah sup panas.
Perasaanku menggantung, pikiranku tertelan dalam kesempitan. Tiba-tiba kegelapan yang sunyi mendalam  berubah menjadi bising yang sebising-bisingnya.
Suara aneh bermunculan dari segala penjuru. Apakah gelak tawa atau tangisan pilu sukar dibedakan.
Begitupun rintihan perih minta tolong dan suara erangan nikmat ejakulasi, terdengar begitu padu sekaligus berantakan dengan kombinasi yang sangat kacau.Â
Tangisan bayi tiba-tiba bermunculan memekakkan telingaku, seolah mereka ada tepat disamping telingaku.
Suara ribut-ribut ringkikan kuda atau suara kakek tua yang kesakitan menjadi sulit kubedakan. Auman harimau dan burung gagak bergantian memenuhi pikiranku; semua terasa kacau dalam bunyi yang sunyi sekaligus ngeri tak terperi.
Sementara---aku terus melawan. Pikiranku tiba-tiba lepas, aku bisa berlari dalam pikiranku! Kulihat ada setitik cahaya putih dikejauhan. Aku berlari sekuat tenaga didalam pikiranku sendiri menuju sumber cahaya---sekaligus aku memungut sisa bait doa yang kupreteli sejak belasan tahun lalu; berdoa kepada Tuhan untuk menjauhkan bunyi maut yang ingin menelan pikiranku persis dibelakang.
Aku merasakan basah air keringat yang menetes bercucuran. Mendadak pikiranku blank.
Kegilaan ini kembali membawaku ke kamar di apartemen Julia.