Mohon tunggu...
Perdana A. Negara
Perdana A. Negara Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

s1 administrasi publik, Fisip Unsoed.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Fantasia

9 Agustus 2019   22:32 Diperbarui: 9 Agustus 2019   22:39 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tubuhku yang tadinya terasa hangat mendadak dingin sejadi-jadinya. Kakiku terasa beku seperti menginjak es balok.

Tetapi kepalaku terasa lain!

Kepalaku terasa panas serperti diguyur semangkuk kuah sup panas.

Perasaanku menggantung, pikiranku tertelan dalam kesempitan. Tiba-tiba kegelapan yang sunyi mendalam  berubah menjadi bising yang sebising-bisingnya.

Suara aneh bermunculan dari segala penjuru. Apakah gelak tawa atau tangisan pilu sukar dibedakan.

Begitupun rintihan perih minta tolong dan suara erangan nikmat ejakulasi, terdengar begitu padu sekaligus berantakan dengan kombinasi yang sangat kacau. 

Tangisan bayi tiba-tiba bermunculan memekakkan telingaku, seolah mereka ada tepat disamping telingaku.

Suara ribut-ribut ringkikan kuda atau suara kakek tua yang kesakitan menjadi sulit kubedakan. Auman harimau dan burung gagak bergantian memenuhi pikiranku; semua terasa kacau dalam bunyi yang sunyi sekaligus ngeri tak terperi.

Sementara---aku terus melawan. Pikiranku tiba-tiba lepas, aku bisa berlari dalam pikiranku! Kulihat ada setitik cahaya putih dikejauhan. Aku berlari sekuat tenaga didalam pikiranku sendiri menuju sumber cahaya---sekaligus aku memungut sisa bait doa yang kupreteli sejak belasan tahun lalu; berdoa kepada Tuhan untuk menjauhkan bunyi maut yang ingin menelan pikiranku persis dibelakang.

Aku merasakan basah air keringat yang menetes bercucuran. Mendadak pikiranku blank.

Kegilaan ini kembali membawaku ke kamar di apartemen Julia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun