Mohon tunggu...
Lury Sofyan
Lury Sofyan Mohon Tunggu... Ilmuwan - Behavioral Economist

find me: https://www.linkedin.com/in/lurysofyan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Sebetulnya Pemegang Kendali Keputusan Kita?

12 Juni 2020   08:35 Diperbarui: 12 Juni 2020   08:44 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andaikan seseorang mendapatkan data seluruh instrumen investasi yang ada di Indonesia (kita sederhanakan untuk meng-exclude instrumen investasi di luar negeri), seseorang kemudian harus melakukan research, menghitung, dan mengurutkan instrumen yang paling menguntungkan bagi dia. Begitu juga untuk setiap pengambilan keputusan yang diambil, seseorang harus meluangkan sumberdaya waktu dan tenaga untuk mengumpulkan seluruh informasi dan mengolahnya sehingga kita bertindak rasional.

Sampai disini, saya yakin tidak ada diantara kita yang melakukan hal ini? untuk setiap keputusan yang kita ambil saya rasa tidak ada dari kita yang sepenuhnya bertidak rasional.

Atas kondisi tersebut di atas, keputusan yang diambil sering kali jauh dari dukungan rasionalitas. Keputusan yang manusia ambil sering kali menggunakan informasi dan sumberdaya apa adanya (bounded rationality). Jauh dari keputusan yang sifatnya rasional didukung oleh informasi utuh dan membawa kita pada keadaan yang paling optimal. Keputusan yang memuaskan (satisfactory) saja diangap cukup dibanding keputusan yang optimal.

Kita sering mengambil keputusan dengan melihat apa yang orang lain lakukan dan apa yang paling mudah dilakukan. Anda membaca artikel ini kemungkinan besar karena artikel ini muncul di urutan paling atas di layar monitor Anda, bukan karena Anda benar-benar mencari informasi yang spesifik Anda butuhkan. Ingat ketika memutuskan sekolah atau karir yang akan ditekuni? Bagaimana orang disekeliling kita membentuk opini yang kemudian menjadikan dasar kita untuk menentukan jalur pendidikan dan karir/profesi yang akan kita tekuni. 

jooinn.com
jooinn.com
Ketika akan membeli barang online, alih-alih mengumpulkan informasi seutuhnya atas barang tersebut, sering kali review dari orang lain lebih dominan mempengaruhi keputusan kita. Atau pun ketika memutuskan membeli mobil atau rumah, testimoni teman atau hal lain yang sifatnya "kebetulan" atau "acak" lebih mempengaruhi keputusan kita. Memutuskan pelamar mana yang akan kita rekrut sebagai karyawan juga sering kali hanya menggunakan intuisi atau gut feeling saja bahwa pelamar A sepertinya cocok. Iya betul, jauh dari rasional, kita lebih mengandalkan sistem heuristic yang ada pada sistem berfikir manusia.

Heuristic memberikan keuntungan kepada manusia karena dapat mengambil keputusan dengan cepat dan murah. Heuristic sudah menjadi bagian penting dari evolusi manusia, membantu manusia untuk tetap bertahan hidup dan beradaptasi. Namun demikian feature heuristic yang dimiliki manusia dalam mengambil keputusan datang dengan konsekuensi negatif. Heuristic menyebabkan pengambilan keputusan yang dilakukan penuh dengan bias dan akibatnya manusia sering membuat banyak kesalahan dalam mengambil keputusan.

Sampai disini, kita dapat lebih memahami seberapa jauh kita benar-benar memegang kendala atas keputusan yang kita ambil, seberapa rasionalkah kita dalam mengambil setiap keputusan?

Diskusi lebih jauh adalah bagimana kemudian keterbatasan manusia dalam mengambil keputusan tersebut dapat diminimalkan dan bagaimana institusi pemerintah, swasta ataupun NGO mendesain produk/strategi/kebijakan yang dapat mengadopsi keterbatasan manusia tersebut?

*telah tayang juga di laman medium pribadi penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun