Dalam kehidupannya manusia selalu dihadapkan pada situasi yang memaksanya untuk mengambil keputusan, baik itu keputusan yang sederhana yang dilakukan hampir tiap hari seperti ketika bangun pagi kita memutuskan untuk sarapan apa? Pakai baju dan sepatu yang mana? Kemudian ke kantor mau naik apa? Mobil, motor, atau transportasi umum? Belanja via toko online A atau B? Dan lain lain.
Kita juga dihadapkan untuk mengambil keputusan yang sifatnya lebih penting dan kompleks seperti memilih sekolah, karir atau profesi yang akan dijalani, memilih bank dan instrument investasi, memilih pelamar yang diterima jadi pegawai, memilih merk kendaraan dan lokasi rumah yang akan dibeli, memilih pasangan hidup dan masih banyak lagi.
Iya kita semua mengambil keputusan tersebut.
Dan jika kita bertanya pada diri sendiri, saya yakin kita akan menjawab bahwa keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang rasional dan kita sadar bahwa kita memegang kendali penuh pada semua keputusan yang kita ambil.
Dalam teori ekonomi mikro, untuk seseorang menjadi rasional, ada 5 asumsi yang harus dipenuhi yaitu:
- Completeness. Seseorang harus selalu mempunyai pilihan. Tidak mungkin tidak memiliki pilihan. Jika dihadapkan pada pisang, apel dan jeruk, konsumen akan memiliki pilihan satu diantara pisang, aple atau jeruk; tidak mungkin dia tidak memilih;
- Transivity. Jika seseorang menyukai pisang dibanding apel, dan menyukai apel dibanding jeruk, atau dengan kata lain preferensinya adalah pisang>apel>jeruk, maka sudah pasti dia akan lebih menyukai pisang dibanding jeruk (pisang>jeruk).
- Continuity: Preferensi seseorang akan bersifat fix dan tidak berubah. Sekali dia memiliki preferensi pisang>apel>jeruk, seterusnya preferensi tersebut akan dipegang;
- Non-satiation atau strict monotonicity. Pilihan Banyak selalu lebih baik dibanding sedikit. Sebagai contoh seseorang akan selalu memilih dua pisang dibanding satu pisang karena akan memberikan tambahan kepuasan
- Strict convexity: Pilihan yang beragam akan selalu lebih baik dibanding pilihan sejenis.
Dalam dunia nyata, asumsi tersebut di atas tidak pernah bisa dipenuhi. Untuk memberi gambaran nyata bahwa suatu keputusan diambil berdasarkan rasionalitas adalah apabila seseorang berupaya mengumpulkan seluruh informasi relevan yang dapat digunakan untuk menunjang keputusan yang diambilnya.
Pada kenyataannya, sering kali informasi yang kita butuhkan itu tidak tersedia, atau kalaupun tersedia, informasinya tidak lengkap dan sulit untuk didapatkan.
Sebagai contoh ketika seseorang ingin membeli produk asuransi. Apakah dia tau berapa besar risiko yang dihadapi dimasa depan sehingga menjadikan cukup alasan untuk dia memutuskan untuk membeli asuransi? Contoh lain ketika seseorang akan membeli rumah, apakah dia melakukan survei terhadap seluruh perumahan yang ada, membandingkan harganya, kualitasnya, jarak dan waktu tempuh, potensi kenaikan harga dimasa depan?Â
Bagaimana dengan informasi-informasi lain yang dibutuhkan ketika kita ingin memutuskan sekolah mana yang paling bagus? Karir atau profesi mana yang paling menjanjikan? Mobil mana yang paling bagus (paling irit/paling nyaman/paling aman)? Toko online mana yang paling murah dan layanannya bagus? Investasi mana yang paling menguntungkan 5 tahun kedepan?Â
Pelamar mana yang akan menjadi pegawai yang dapat diandalkan oleh perusahaan? Teman wanita mana yang paling cocok untuk dijadikan istri? Dan lain-lain. Sangat sulit untuk mendapatkan informasi utuh sebagai dasar kita mengambil keputusan yang rasional.
Walaupun (hampir) tidak mungkin. Mari kita asumsikan seseorang dapat memperoleh seluruh informasi yang dibutuhkan tersebut. Seseorang kemudian akan dihadapkan pada keterbatasan yang kedua yang dihadapinya untuk bertindak rasional yaitu keterbatasan sumberdaya berfikir (cognitive limitation) dan waktu (time constraint) untuk melakukan pengolahan informasi.