Mohon tunggu...
project impian
project impian Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Muda Penuh Cita

Bekerja nyata, tanpa wacana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tips Menjadi Generasi Produktif Anti-Rebahan

21 Februari 2020   13:59 Diperbarui: 21 Februari 2020   14:11 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu ketika di sebuah stasiun kereta api, terjadi keterlambatan saat pemberangkatan, keterlambatannya bukan 30 menit, bukan 45 menit, atau bahkan satu jam, keterlambatannya hanya satu menit. Bukan sesuatu yang akan berpengaruh untuk setiap agenda orang, setidaknya itu menurut kita, tapi tidak bagi mereka.

Setelah kereta mulai berangkat, sang masinis menghampiri setiap penumpang kereta sambil menundukan badannya tanda permintaan maaf karena telah menyebabkan pemberangkatan terlambat.

Keadaan yang berbanding terbalik dengan warga Indonesia, dimana keterlambatan satu jam adalah hal yang lumrah. Tidak ada rasa menyesal apalagi permintaan maaf, sebuah ironi yang harus segera kita ubah.

Cara terbaik untuk memperbaiki manajemen waktu adalah dengan membuat agenda harian, kita catat apa saja yang akan kita lakukan selama seharian termasuk dengan estimasi waktunya lalu kita mulai dengan menepati setiap estimasi waktu yang sudah ditentukan. Walau di dalam praktiknya akan selalu ada hal-hal diluar rencana karena sejatinya kita hanya bisa berencana, sisanya pemilik waktulah yang akan berkehendak. Setidaknya kita akan lebih siap dibanding dengan orang-orang yang tidak membuat rencana sama sekali.

  • Mencari seseorang yang dapat memotivasi

dok. pribadi
dok. pribadi
Sekarang kita sampai di poin terakhir, tapi mungkin juga poin yang paling menimbulkan tanda tanya. Apa sih maksud dari poin terakhir ini? Singkatnya, di sini kita dituntut untuk memiliki seorang mentor. 

Mentor adalah orang yang senantiasa menjadi pengasuh, pembimbing dan penuntun ketika hilang arah, kurangnya semangat, atau hal-hal lainnya. Oleh karena perannya yang krusial, memilih seorang mentor janganlah sembarangan, orang itu haruslah mempunyai pengalaman hidup yang banyak atau setidaknya orang yang bijaksana. 

Contoh terdekatnya bisa dari orang tua, saudara, guru,  kakak senior dan lain sebagainya. Mungkin peran pacar atau gebetan juga bisa saja dijadikan mentor supaya semangat bertambah dalam menjalani hidup, tapi penulis ragu itu ide yang bagus.

Bukan berarti penulis pernah mencoba dan berakhir tidak sesuai harapan, lebih karena pada kebanyakan kasus, orang yang menggantungkan hidupnya pada pacar atau gebetan selalu berakhir dengan kekecewaan. Seseorang yang menjadi mentor haruslah ia yang mampu mendampingi teman-teman dari awal perjuangan sampai ke puncak kesuksesan. Jadi, berhati-hatilah dalam memilih mentor.

Demikianlah rangkaian tips yang bisa penulis bagikan, semoga bermanfaat untuk kemajuan dirimu dan diri pribadi penulis. Mulailah dengan meniatkan hati dan meyakini bahwa kita dapat berubah menjadi generasi produktif anti rebahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun