Bahkan asal-usul orang Rote yang tertulis dalam tulisan dari Abeytara tersebut di atas telah dipublikasi juga dalam buku: “Garut Kota Illuminati: Dari Pencarian Hitler Yang Berujung Di Indonesia, Emas Para Sultan Nusantara, Hingga Indikasi Bangsa Yahudi Keturunan Jawa”, ditulis oleh Ahmad Y. Samantho (2013: 92 – ISBN: 978-602-7689-47-3) – Diterbitkan oleh PT Ufuk Publishing House, Jakarta ((https://books.google.co.id/books?id=foCEBwAAQBAJ&pg=PA92&dq=orang+rote+asal+dari+seram&hl=id&sa=X&ei=py1CVePvIdGGuASXi4D4BQ&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=orang%20rote%20asal%20dari%20seram&f=false).
Pada kenyataannya, bagi kebanyakan orang Rote sudah diketahui dari penuturan nenek moyang mereka kepada mereka bahwa Kota E‘ahun adalah ibukota Kerajaan Ringgou di Pulau Rote yang merupakan kota bersejarah bagi orang Rote. “Ringgou merupakan suatu tempat yang bersejarah bagi kami orang Rote, karena ditempat inilah mula-mula orang menyebut pulau kami: Pulau Rote. Seperti orang-orang lain di Rote, akupun mempunyai nama vam yakni: Rotte, ayahku Rotte, nenekku Rotte, ayah nenekku juga Rotte“, kata Susi Johana Rotte.
“Beratus-ratus tahun yang lalu, pulau kami belum memiliki nama. Nenek moyangku berasal dari Seram. Pada waktu itu hanya dialah satu-satunya orang disini yang bernama Rotte. Dia tinggal di Kerajaan Ringgou ini. Pada suatu hari dia berjalan di tepi pantai dan ditengah laut tampaknya olehnya sebuah kapal yang berbendera kebangsaan Portugis. Nenek moyangku itu kemudian berhenti sebab kapal Portugis itu makin lama makin menepi dan mengarahkan haluannya ke arah nenek moyangku. Tidak lama kemudian jangkar kapal dibuang dan kapten kapal itu turun akan menemui moyangku. Nenek moyangku menanti kedatangan kapten kapal itu di tepi pantai. Kapten kapal itu membawa buku catatan kecil dan sebatang pensil. Setelah mendekat, kapten kapal itu menanyakan nama pulau yang dikunjunginya pada waktu itu belum memiliki nama. Dia bertanya kepada nenek moyangku dalam bahasa Portugis. Namun, sang kapten kapal dan nenek moyangku tidak memahami percapakan satu sama lain, karena masing-masing memiliki bahasa pengantar berbeda. Nenek moyangku berpikir sang kapten kapal itu menanyakan namanya, sehingga nenek moyangku dengan tegas menjawab pertanyaannya dengan menyebut nama saya: “Rote!“. Sebaliknya, sang kapten kapal itu menyangka nenek moyangku memahami pertanyaannya yang telah dijawab oleh nenek moyangku dengan benar. Akibatnya, sang kapten kapal itu mencatat dalam buku catatan kecil yang dipegangnya dan menulis: “Rotte“. Sejak saat itu, nama “Rotte“ dibawa kemana-mana dan nama “Rotte“ dinamai untuk pulau kami. Nama itu makin tersebar luas dan tetaplah nama pulau kami: “Rotte“. Orang-orang asli orang Rote merangkaikan kata itu dengan kata: “Kale“, sehingga nama pulau ini menjadi “Rote do Kale“. Namun lama-kelamaan disingkat orang menjadi “Rotte“. Orang menuliskanya sekarang dengan sebuah huruf T saja, yaitu: “Rote“. Malah di luar pulau ini ucapannya sudah berubah menjadi: “Roti“. Nenek moyangku kemudian menurunkan nama turunan-turunannya menggunakan nama van: “Rotte“ sampai kepada aku sendiri sekarang ini“. Demikianlah penuturan Susi Johana Rotte tentang asal usul nama Pulau Rote yang telah kami kunjunginya di Kota E‘ahum menggunakan mobil dari Kota Ba’a (Gyanto, 1958: 80 – 81).
Penulis juga telah menulis tentang asal usul orang Rote di kompasiana.com yang isinya hampir mirip pada tanggal 24 September 2014 (http://sejarah.kompasiana.com/2014/09/24/asal-usul-nama-rote-dan-orang-rote-serta-silsilah-suku-suku-dan-marga-family-name-dengka-di-rote-ndao-ntt-676204.html).
Selanjutnya, terkait penuturan Susi Johana Rotte bahwa orang Rote berasal dari Seram telah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dalam disertasi doktor dari Ferdinand J. Ormeling (1955: 72) bahwa “According to local myths the Rotinese, like certain groups in Belu, originally came from Seram via Flores and other by way of Timor“, artinya menurut penuturan penduduk asli Rote, orang Rote berasal dari Seram yang datang berkelompok ke Rote melalui Flores dan Timor.
Pada kenyataannya, penduduk asli suku Alifuru di Pulau Seram (http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Seram)
merupakan leluhur orang Rote (http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Rote;
http://suku-dunia.blogspot.com/2014/11/sejarah-suku-rote-nusa-tenggara-timur.html).