Mohon tunggu...
Putri Rizky L.
Putri Rizky L. Mohon Tunggu... Lainnya - Joki Traktor di Tempat Magang

Penyuka random things. Doyan jalan-jalan meski belum jauh-jauh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menggulung Persaudaraan dari Tren Rokok Thingwe (Nglinthing Dhewe)

20 Oktober 2020   17:36 Diperbarui: 21 Oktober 2020   08:55 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membuatkan tester rokok thingwe untuk pelanggan yang bingung memilih (Dokumen Pribadi, 2020)

"Monggo Bapak, badhe seng anthep nopo sing entheng?"

-Silakan Bapak, mau yang mantap atau yang ringan?

"Kok cepet banget sing milihe mas. Njajal riyen, niku enten tester e,"

-Kok cepat sekali memilihnya, Mas. Dicoba dulu, itu ada testernya"

Malam Sabtu lalu (09/10), demikian Mas Ari Wibowo menyambut pelanggannya dengan suka cita dan ramah di lapaknya di pinggir Jalan Jenderal Sudirman, Salatiga saat saya menyambanginya. 

Mas Ari adalah salah seorang rekan saya di kampus, sekaligus pedagang tembakau yang sedang berkembang. Mas Ari masih tercatat sebagai mahasiswa aktif di Fakultas Pertanian & Bisnis (FPB) Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Mas Ari ditemani oleh adiknya, Wulan, menggelar dagangannya berupa aneka macam tembakau siap rokok. Mahasiswa menjadi pengusaha? Siapa takut.

Malam Sabtu ini begitu ramai, hingga saya dan 2 rekan yang ikut menyambangi membantu Ari melayani pelanggan. Tembakau yang dijajakan beraneka ragam, mulai dari tembakau polosan, rasa-rasa (sudah ditambah dengan aneka saus/flavor seperti menthol, green tea, vanili, dan lain-lain) hingga yang mantap seperti Aceh Gayo. 

Semuanya juga dikemas beraneka ragam, mulai dari eceran 30 gram, 50 gram dan lain-lain. Kesemuanya sudah berpita cukai, artinya telah legal untuk diperdagangkan di masyarakat.

Mas Ari sedang melayani pembeli (Dokumen Pribadi, 2020)
Mas Ari sedang melayani pembeli (Dokumen Pribadi, 2020)

Selain tembakau, Ari juga menyediakan kertas rokok, alat pelinting, lem, filter, cengkeh kering, cangklong, hingga aksesoris seperti korek dan hard case tempat menyimpan tembakau. 

Untuk harga, Ari mematok harga bervariasi, mulai dari 10.000 hingga 25.000 rupiah tergantung jenis tembakau dan merknya. Saya baru tahu, ternyata ada juga tembakau yang dibuat pabrikan, dikemas dalam kemasan zip lock, lengkap dengan kertas rokok dalam bungkusannya.

Produsen memberikan konsumen kebebasan dalam menakar tembakau dalam satu kali gulung. Harga yang jauh lebih murah dibanding rokok pabrikan siap bakar pada umumnya juga menjadi alasan mengapa thingwe diminati oleh banyak orang.

"Rubby Bacco", salah satu produk yang dijual di lapak Ari (dokumen pribadi, 2020)

Tren Linthing Dewe (Thingwe)

Saking banyaknya konsumen Mas Ari malam itu, saya dan 2 rekan lain ikut serta membantu Ari dan adiknya berjualan. Mulai membungkus filter rokok yang awalnya kemasan bal menjadi kemasan yang lebih kecil, melayani pembeli, hingga membantu menimbang tembakau curah. 

Akhir-akhir ini, tren rokok thingwe atau "linthing dewe" mulai naik daun. Sebenarnya, rokok jenis ini sudah lama ada dan berakar di desa-desa. 

Ketika saya dan rekan-rekan KKN di Desa Sepakung, Banyubiru, Ambarawa, bapak-bapak di desa sering berkumpul di pematang sawah atau dipinggiran kebun dan saling berbagi tembakau untuk dinikmati bersama. 

Pembungkusnya juga tidak hanya berupa kertas, namun juga bisa digantikan oleh "klobot" atau kulit jagung. Bahan tambahan selain cengkeh juga ditambahkan berupa kemenyan guna menambah aroma dan rasa. 

Dewasa ini, tidak hanya dinikmati oleh Bapak-bapak atau mbah-mbah di desa saja. Anak muda mulai tergerak untuk mencicipi beraneka rasa kekayaan rasa tembakau Nusantara. 

Hal ini dibuktikan dengan mulai berkembangnya "Mbako Store" atau toko tembakau modern yang menjamur. Selama saya di lapak Mas Ari, silih berganti kawula muda dengan rentang usia 20-30 tahunan tampak asyik memilah, mencoba, kemudian pulang dengan menenteng bungkusan berisi tembakau pilihannya. 

Salah satu produsen tembakau yang terkenal di Jawa Tengah adalah Kabupaten Temanggung, dengan andalan tembakau srinthil-nya.

Sama seperti kopi dan cokelat, tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan Nusantara yang sudah lama ada dan menjadi primadona. Selain itu, tembakau juga memiliki cita rasa khas berdasarkan lokasi tumbuhnya.

Hamparan tembakau Temanggung (Dokumen Pribadi, 2018)
Hamparan tembakau Temanggung (Dokumen Pribadi, 2018)

Derai Tawa, Cerita Hangat dari Selinting Rokok "Thingwe"

Jauh sebelum pandemi merangsek dunia, beberapa kali saya sempat merasakan euforia dan kehangatan dari penikmat thingwe ini. Meskipun saya tidak ikut menikmati, namun begitu jelas tiap derai tawa dan hangatnya cerita mereka mengalir begitu saja. 

Bahkan di beberapa kesempatan, rekan-rekan sempat mengajari bagaimana cara menggulung tembakau. Beberapa kali gagal, tentu saja. Kadang bentuk rokok yang malah tidak jelas bisa jadi bahan tertawaan yang segar dan renyah. 

Ditemani kopi dan kudapan ringan, bersama di selasar kantin kampus, atau di rumah bapak kepala desa. Di mana saja. Berangkat dari kesederhanaan, thingwe mampu menembus batas dan menyatukan perbedaan. 

Senyum ramah petani tembakau di sekeliling lereng Sindoro-Sumbing, Ari yang menjual produk serta rekan-rekan penikmat tergambar jelas di sesela kepulan asap yang membumbung di udara!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun