Untuk harga, Ari mematok harga bervariasi, mulai dari 10.000 hingga 25.000 rupiah tergantung jenis tembakau dan merknya. Saya baru tahu, ternyata ada juga tembakau yang dibuat pabrikan, dikemas dalam kemasan zip lock, lengkap dengan kertas rokok dalam bungkusannya.
Produsen memberikan konsumen kebebasan dalam menakar tembakau dalam satu kali gulung. Harga yang jauh lebih murah dibanding rokok pabrikan siap bakar pada umumnya juga menjadi alasan mengapa thingwe diminati oleh banyak orang.
Tren Linthing Dewe (Thingwe)
Saking banyaknya konsumen Mas Ari malam itu, saya dan 2 rekan lain ikut serta membantu Ari dan adiknya berjualan. Mulai membungkus filter rokok yang awalnya kemasan bal menjadi kemasan yang lebih kecil, melayani pembeli, hingga membantu menimbang tembakau curah.Â
Akhir-akhir ini, tren rokok thingwe atau "linthing dewe" mulai naik daun. Sebenarnya, rokok jenis ini sudah lama ada dan berakar di desa-desa.Â
Ketika saya dan rekan-rekan KKN di Desa Sepakung, Banyubiru, Ambarawa, bapak-bapak di desa sering berkumpul di pematang sawah atau dipinggiran kebun dan saling berbagi tembakau untuk dinikmati bersama.Â
Pembungkusnya juga tidak hanya berupa kertas, namun juga bisa digantikan oleh "klobot" atau kulit jagung. Bahan tambahan selain cengkeh juga ditambahkan berupa kemenyan guna menambah aroma dan rasa.Â
Dewasa ini, tidak hanya dinikmati oleh Bapak-bapak atau mbah-mbah di desa saja. Anak muda mulai tergerak untuk mencicipi beraneka rasa kekayaan rasa tembakau Nusantara.Â
Hal ini dibuktikan dengan mulai berkembangnya "Mbako Store" atau toko tembakau modern yang menjamur. Selama saya di lapak Mas Ari, silih berganti kawula muda dengan rentang usia 20-30 tahunan tampak asyik memilah, mencoba, kemudian pulang dengan menenteng bungkusan berisi tembakau pilihannya.Â
Salah satu produsen tembakau yang terkenal di Jawa Tengah adalah Kabupaten Temanggung, dengan andalan tembakau srinthil-nya.