Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek dengan 1 cucu yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN (https://fixen.id) Anda komentar dan beri penilaian; Saya balas dengan komentar dan penilaian. Anda Follow saya Follow Back

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ketika Berbagi Berlebihan Menjadi Ancaman

27 Januari 2025   08:30 Diperbarui: 27 Januari 2025   11:15 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital, membagikan momen-momen berharga anak di media sosial telah menjadi hal yang lazim. Istilah sharenting (gabungan dari sharing dan parenting) menggambarkan fenomena ini, di mana orang tua membagikan foto, video, atau cerita tentang anak mereka secara aktif di platform online. Meskipun terlihat seperti cara yang sederhana untuk mendokumentasikan kenangan atau berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan teman, sharenting menyimpan risiko yang sering kali tidak disadari.

Dari masalah privasi hingga dampak psikologis, sharenting dapat membawa konsekuensi serius bagi anak, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Ada bahaya nyata yang mengintai ketika informasi pribadi anak terlalu terekspos, termasuk ancaman dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Artikel ini akan membahas 10 bahaya utama sharenting, memberikan gambaran lengkap mengapa orang tua perlu berhati-hati dalam berbagi informasi tentang anak mereka di dunia maya.

10 Bahaya Sharenting yang Perlu Orang Tua Waspadai

  1. Risiko Penculikan atau Eksploitasi
    Membagikan informasi seperti lokasi rumah, jadwal aktivitas, atau foto anak secara berlebihan dapat mempermudah pelaku kejahatan, seperti penculikan atau perdagangan anak, untuk melacak anak Anda. Informasi ini sering kali digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk tujuan buruk.

  2. Pencurian Identitas Anak
    Data pribadi yang diunggah, seperti nama lengkap, tanggal lahir, dan informasi sekolah, dapat digunakan oleh pelaku untuk mencuri identitas anak. Akibatnya, anak Anda bisa menjadi korban penipuan bahkan sebelum mereka dewasa.

  3. Dampak pada Privasi Anak di Masa Depan
    Jejak digital yang dibuat melalui sharenting akan terus ada dan sulit dihapus. Ketika anak tumbuh dewasa, mereka mungkin merasa malu, tidak nyaman, atau bahkan marah karena kehidupan pribadinya terekspos tanpa persetujuan mereka.

  4. Tekanan untuk Selalu Tampil Sempurna
    Anak yang sering menjadi sorotan di media sosial mungkin merasa harus selalu terlihat menarik atau bertingkah laku sesuai ekspektasi. Ini bisa menyebabkan stres, rendahnya rasa percaya diri, atau ketergantungan pada validasi dari orang lain.

  5. Pengaruh Negatif pada Perkembangan Psikologis
    Anak yang terlalu sering diunggulkan di media sosial dapat kehilangan masa kecil yang normal. Fokus pada membangun citra untuk konten bisa mengurangi waktu mereka untuk bermain, belajar, dan mengeksplorasi dunia secara alami.

  6. Objektifikasi Anak
    Ketika anak dilihat sebagai aset media sosial untuk mendapatkan popularitas atau penghasilan, mereka bisa merasa seperti alat bagi orang tua. Hal ini berpotensi merusak hubungan emosional yang sehat antara orang tua dan anak.

  7. Bullying Online
    Foto atau video yang diunggah oleh orang tua dapat menjadi bahan ejekan atau bullying di kalangan teman-teman anak. Bahkan, konten yang tampak lucu bagi orang tua bisa menjadi hal yang memalukan bagi anak di kemudian hari.

  8. Penyalahgunaan Konten Anak
    Foto anak yang polos dapat disalahgunakan oleh pihak tertentu untuk tujuan yang tidak senonoh. Banyak kasus di mana foto-foto anak digunakan dalam konteks yang tidak pantas oleh predator online.

  9. Gangguan Hubungan Sosial Anak
    Anak yang menjadi "pusat perhatian" di media sosial sering kali merasa sulit membangun hubungan sosial yang tulus di dunia nyata. Mereka mungkin kesulitan memahami interaksi yang tidak didasarkan pada popularitas atau eksistensi digital.

  10. Menghilangkan Hak Anak atas Anonimitas
    Anak memiliki hak untuk memilih apakah mereka ingin terekspos ke publik atau tidak. Dengan melakukan sharenting, orang tua secara sepihak mengambil keputusan ini dan menghilangkan hak anak untuk menjalani kehidupan yang lebih privat.

Merekam - KreasiAI
Merekam - KreasiAI

Kesimpulan
Sharenting memang terlihat sebagai cara modern untuk mendokumentasikan dan berbagi momen berharga, tetapi bahayanya tidak bisa dianggap remeh. Orang tua perlu mempertimbangkan dengan matang dampak jangka panjang dari setiap unggahan. Privasi, keamanan, dan perkembangan anak harus selalu menjadi prioritas utama di atas kebutuhan untuk tampil di media sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun