Pak Sardi lalu menuju rumah teman-teman Suroto. Namun, jawaban mereka sama.
"Tadi dia masih di jalanan, Om. Tapi habis itu nggak tahu ke mana," kata salah satu temannya.
Pak Sardi kembali ke rumah dengan wajah murung.
"Bu, dia nggak ada di mana-mana," katanya lesu.
Mendengar itu, tangis Bu Warti pecah.
"Pak, kita harus cari bantuan! Jangan-jangan ada apa-apa dengan Suroto!" ucapnya sambil terisak.
"Ayo kita ke Mbah Arjo," usul Pak Sardi.
---
Mbah Arjo adalah seorang dukun kampung yang sudah terkenal hingga luar daerah. Meski rumahnya sederhana, ia sering didatangi orang-orang untuk meminta bantuan, mulai dari mencari barang hilang hingga menyelesaikan masalah gaib.
Setelah mengetuk pintu, Mbah Arjo muncul dengan tongkat kayunya.
"Eh, Sardi, ada apa malam-malam begini?" tanyanya dengan suara serak.
"Begini, Mbah. Anak saya, Suroto, nggak pulang-pulang sejak sore. Kami sudah cari ke mana-mana, tapi nggak ketemu," jelas Pak Sardi dengan cemas.
Mbah Arjo mengangguk pelan. Ia mempersilakan mereka duduk di tikar, lalu menyalakan dupa di sebuah baki kecil. Asap mengepul, dan bau harum bercampur mistis memenuhi ruangan.
Setelah beberapa mantra dalam bahasa Jawa kuno, Mbah Arjo membuka mata.
"Anakmu digondol wewe," ucapnya dengan nada datar.
"Digondol wewe?" Bu Warti terkejut, matanya membelalak.