Matahari pagi bersinar lembut di atap-atap rumah, membawa semangat baru bagi MatGaper. Hari itu, MatGaper telah merancang sesuatu yang berbeda. Bukan perjalanan jauh atau rutinitas biasa, melainkan misi sederhana yang penuh makna: menanam cabai menggunakan galon bekas Le Mineral.
Di depan rumahnya, lima galon kosong sudah berjajar rapi. Bekas air minum itu bukan lagi sampah, melainkan wadah masa depan---masa depan hijau dengan cabai segar tumbuh subur.
"Ini dia, langkah kecil buat bumi dan buat dapur juga," gumam MatGaper sambil tersenyum.
Langkah Awal, Kreativitas Tanpa Batas
Dengan cutter di tangan, ia memotong bagian atas galon dengan hati-hati. Potongan itu menjadi seperti pot kecil, siap menampung media tanam. Ia mengingat pesan seorang temannya: "Pastikan ada lubang kecil di bawah untuk drainase, supaya akar nggak kebanjiran." MatGaper pun membuat lubang-lubang kecil dengan paku panas, lalu mengisi dasar galon dengan sedikit kerikil.
"Media tanamnya apa ya?" pikirnya. Tapi MatGaper sudah menyiapkan campuran tanah, kompos, dan sekam sejak kemarin. Dengan teliti, ia menuangkan campuran itu ke dalam setiap galon, setengah penuh saja.
Bibit Cabai, Harapan Kecil yang Akan Besar
Bibit cabai hasil membeli di pasar lokal masih terbungkus rapi. MatGaper mengambil satu per satu, membuat lubang kecil di tanah, lalu menanam bibit dengan hati-hati.
"Semoga tumbuh subur, ya. Nanti kalian bakal jadi cabai rawit yang pedas dan segar," bisiknya, seolah memberi semangat pada bibit-bibit kecil itu.
Perawatan, Cinta yang Tumbuh Bersama
Setelah semua galon terisi, ia menyiram media tanam dengan sprayer, memastikan kelembapannya pas. Lima galon itu ia letakkan di deretan depan teras rumah, tempat yang cukup terkena sinar matahari pagi tapi teduh di siang hari.
Hari-hari berikutnya, MatGaper menjadikan rutinitas pagi sebagai waktu berkebun. Siram sedikit, periksa daun-daun, dan sesekali berbicara pada tanaman. Siapa sangka, berkebun bisa membawa kedamaian yang unik.
Hasil Panen, Kebahagiaan Tak Tergantikan
Beberapa minggu berlalu, dan MatGaper melihat tunas-tunas kecil mulai menjulang. Daun hijau segar menyembul, dan tak lama kemudian bunga-bunga putih kecil bermekaran, tanda buah cabai akan segera muncul.
Tetangga-tetangganya mulai tertarik. "Wah, bikin juga dong di rumah saya. Saya punya galon kosong banyak!" ujar Bu Siti.
MatGaper pun mengajarkan mereka, hingga dalam sebulan, lima rumah di lingkungannya punya deretan galon cabai yang sama.
"Kita nggak cuma tanam cabai, tapi juga semangat hijau untuk lingkungan," kata MatGaper suatu sore saat berkumpul dengan para tetangga.
Kisah sederhana ini tak hanya menyelamatkan galon dari tempat sampah, tapi juga membawa kebahagiaan, semangat berbagi, dan rasa peduli yang tumbuh bersama cabai-cabai kecil di halaman rumah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI