Setelah semua galon terisi, ia menyiram media tanam dengan sprayer, memastikan kelembapannya pas. Lima galon itu ia letakkan di deretan depan teras rumah, tempat yang cukup terkena sinar matahari pagi tapi teduh di siang hari.
Hari-hari berikutnya, MatGaper menjadikan rutinitas pagi sebagai waktu berkebun. Siram sedikit, periksa daun-daun, dan sesekali berbicara pada tanaman. Siapa sangka, berkebun bisa membawa kedamaian yang unik.
Hasil Panen, Kebahagiaan Tak Tergantikan
Beberapa minggu berlalu, dan MatGaper melihat tunas-tunas kecil mulai menjulang. Daun hijau segar menyembul, dan tak lama kemudian bunga-bunga putih kecil bermekaran, tanda buah cabai akan segera muncul.
Tetangga-tetangganya mulai tertarik. "Wah, bikin juga dong di rumah saya. Saya punya galon kosong banyak!" ujar Bu Siti.
MatGaper pun mengajarkan mereka, hingga dalam sebulan, lima rumah di lingkungannya punya deretan galon cabai yang sama.
"Kita nggak cuma tanam cabai, tapi juga semangat hijau untuk lingkungan," kata MatGaper suatu sore saat berkumpul dengan para tetangga.
Kisah sederhana ini tak hanya menyelamatkan galon dari tempat sampah, tapi juga membawa kebahagiaan, semangat berbagi, dan rasa peduli yang tumbuh bersama cabai-cabai kecil di halaman rumah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI