Teman-temannya langsung kaget lagi. "Hah?! Masa iya?!" Â
"Iya, dong! Gini ceritanya..." Bagus mengambil napas panjang, siap melanjutkan drama karangannya. Â
"Jadi, Mbok Katiyem ini nggak cuma jago bantuin mahasiswa zaman dulu, tapi dia juga suka naik sepeda ontel ke hutan buat cari kayu bakar. Nah, suatu hari, pas sepedanya rusak, dia bikin motor modifikasi dari onderdil bekas. Motor itu kecil, tapi kuat banget buat naik-turun bukit di desanya. Orang-orang yang lihat jadi terinspirasi, dan akhirnya ada perusahaan luar negeri yang diam-diam ngopi ide Mbok Katiyem." Â
"Terus?" tanya Ani, setengah tertawa tapi penasaran. Â
"Terus motor itu diproduksi massal! Tapi karena susah ngucapin 'Katiyem' dengan aksen luar negeri, mereka singkat jadi KTM. Jadilah motor trail keren yang kita kenal sekarang. Semua berkat inovasi Mbok Katiyem!" Â
Seisi meja tertawa ngakak, nggak percaya sama cerita Bagus yang makin absurd. Â
"Sumpah, Bagus! Kalau kamu jadi dosen sejarah, mahasiswa bisa lulus sambil ketawa semua!" ujar Budi sambil mengusap air mata karena saking lucunya. Â
"Tapi kalian harus ingat, inti ceritanya satu: Katiyem adalah simbol kekuatan dan inovasi lokal!" Bagus menutup cerita dengan ekspresi sok serius, yang malah bikin teman-temannya makin ngakak. Â
---
KTM: Katiyem Versi English Speaker Â
Setelah puas bikin teman-temannya ngakak dengan cerita Mbok Katiyem sebagai inspirasi nama KTM mahasiswa dan motor, Bagus tiba-tiba melanjutkan, "Eh, kalian sadar nggak, kalau orang luar negeri ngomong 'KTM,' sebenarnya mereka juga lagi ngeja 'Katiyem'?" Â